Al-Qur’an yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW merupakan mukjizat paling besar
pengaruhnya, isinya selalu relevan dengan kehidupan, serta ilmu-ilmu yang
terkandung di dalamnya merupakan anugerah bagi manusia. Salah
satu kemu’jizatan (keistimewaan) Al-Qur’an yang paling utama adalah hubungannya
dengan sains dan ilmu pengetahuaan, begitu pentingnya sains dan ilmu
pengetahuan dalam Al-Qur’an sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali
Q.S Al-‘alaq 96/1-5.
Ada banyak ciri kemukjizatan
Al-Qur’an salah satunya adalah dipeliharanya isi Al-Qur’an hingga
keotentikannya dijamin oleh Allah SWT dalam Surat Al-Hijr Ayat 9 yang artinya : Kami yang menurunkan
Al-Qur’an dan kamilah pemelihara-pemelihara-Nya."
Demikianlah Allah menjamin keotentikan Al-Quran, jaminan
yang diberikan atas dasar Kemahakuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat
upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh manusia.
Dengan jaminan ayat di atas, setiap Muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan
didengarnya sebagai Al-Quran tidak berbeda sedikit pun dengan apa yang pernah
dibaca oleh Rasulullah saw., dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat
Nabi saw.[1]
Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari
kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti “bacan atau yang dibaca”. Secara
general Al-Qur’an berarti sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam
Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui
perantaraan malikat Jibril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa
terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.
Al-Qur’an memberikan dalil yang berisi khikmah
dan kekuasaan-Nya bahwa Allah Maha Bijaksana dalam menciptakannya.[2] Segala sesuatu
yang diciptakan oleh allah tidak akan sia-sia, bahkan semua itu menjadi bukti
dan bukti tanda-tanda kebesaran Allah SWT, bahwa Allah ada dan allah yang maha
menciptakan atas segala sesuatu yang ada di dalam alam semesta ini. Jika kita
menelaah ayat-ayat di dalam Al-Qur’an maka Bukti-bukti ciptaan dan hikmah-Nya
jelas nyata.
Ia adalah buku induk ilmu pengetahuan, di mana
tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan, semuanya telah terkafer di
dalamnya yang mengatur berbagai asfek kehidupan manusia, baik yang berhubungan
dengan Allah (Hablum minallah); sesama manusia (Hablum minannas); alam,
lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum
dan sebgaianya.(Q.S. Al-an’am: 38). Lebih lanjut Achmad Baiquni mengatakan,
“sebenarnya segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di dalam
Al-Qur’an”.
Islam merupakan satu-satunya agama di dunia
yang sangat berempatik dalam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan
Al-Qur’an itu sendiri merupakan sumber ilmu dan sumber inspirasi berbagai disiplin
ilmu pengetahuan sains dan teknologi. Al-Qur’an mengandung banyak konsep-konsep
sains, ilmu pengetahuan dan teknologi serta pujian terhadap orang-orang yang
berilmu. Dalam Allah berfirman, “Allah akan mengangkat orang-orang yang
beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa
derajat”(Q.S.
Al-Mujadalah 58/11) Selain Al-Qur’an, Hadits-hadits Nabi juga
sangat banyak yang mendorong dan menekankan, bahkan mewajibkan kepada umatnya
untuk menuntut ilmu. Hadits ini memberikan dorongan yang sangat kuat bagi kaum
muslimin untuk belajar mencari ilmu sebanyak-banyaknya, baik ilmu-ilmu agama
maupun ilmu-ilmu umum, karena suatu perintah kewajiban tentunya harus
dilaksanakan, dan berdosa hukumnya jika tidak dikerjakan.
Lebih lanjut Rasulullah mewajibkan kepada
umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayatnya, tanpa di batasi usia, ruang,
waktu dan tempat sebagaimana sabdanya “Tuntutlah ilmu dari buayan sampai liang
lahat)”. Dan “Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina”.
Dorongan dari al-Qur’an dan perintah dari Rasul
tersebut telah diperaktekkan oleh generasi Islam pada masa abad pertengahan
(abad ke 7-13 M). Hal ini terbukti dengan banyakanya ilmuan-ilmuan Muslim
tampil kepentas dunia ilmu pengetahuan, sains dan teknologi, seperti Al-Farabi,
Al-Kindi, Ibnu Sina, Ikhwanusshafa, Ibn Miskwaih, Nasiruddin al-Thusi, Ibn
rusyd, Imam al-Ghazali, Al-Biruni, Fakhrudin ar-Razy, Imam Hanafi, Imam Malik,
Imam Syafi’I, Imam Hambali dan lain-lain. Ilmu yang mereka kembangkan pun
bebagai maca disiplin ilmu, bahkan meliputi segala cabang ilmu yang berkembang
pada masa itu, antara lain: ilmu Filsafat, Astrnomi, Fisika, Astronomi,
Astrologi, Alkemi, Kedokteran, Optik, Farmasi, Tasauf, Fiqih, Tafsir, Ilmu
Kalam dan sebagainya, pada masa itu kejayaan, kemakmuran, kekuasaan dan politik
berda di bawah kendali umat Islam, karena mereka meguasai sains, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Rasul pernah bersabda “Umatku akan jaya dengan ilmu
dan harta”. Banyak lagi hadits-hadits beliau yang memberikan anjuran dan
motivasi kepada umatnya untuk belajar menuntut ilmu, namun dalam kesempatan ini
tentunya tidak dapat disebutkan semuanya.
SAINS DAN ILMU PENGETAHUAN
Manusia merupakan ciptaan yang paling sempurna
diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah. Karena, manusia adalah makhluk yang
diciptakan dengan disertakan alat untuk berfikir. Dengan akal dan fikirannya
manusia dapat membangun peradaban dan menghadirkan ilmu pengetahuan.
Sains dan ilmu pengetahuan adalah merupakan
salah satu isi pokok kandungan kitab suci al-Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu
sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya
ia disebut lebih dari 744 kali[8]. Sains merupakan salah satu kebutuhan agama
Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melakasanakan ibadah selalu
memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan
shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya punya
waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu
astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah “ sains mengenai
waktu-waktu tertentu”. Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat
terkait erat dengan sains dan teknologi, seperti untuk menunaikan ibadah haji,
bedakwah menyebarkan agama Islam diperlukan kendraan sebagai alat transportasi.
Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam
al-Qur’an, manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang
sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman: 55/33.
Hai jama''ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (Q.S Ar-Rahman: 55/33).
Hai jama''ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (Q.S Ar-Rahman: 55/33).
Al-Qur’an sejak empat belas abad yang silam
telah memberikan isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia,
bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa
luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan); kekuatan yang
dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan
atau sains dan teknologi, dan hal ini telah terbukti di era mederen sekarang
ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menembus angksa luar
bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknologi
telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, pelanet Mars, Juipeter dan
pelanet -pelanet lainnya.
Menurut Quraish Shihab pemaparan ayat-ayat
Al-Qur’an tentang ”Kebenaran Ilmiah” tersebut lebih bertujuan untuk menunjukkan
tentang kebesaran Tuhan dan ke Esa-an Nya, serta mendorong manusia seluruhnya
mengadakan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan
KepadaNya.
Pemaparan-pemaparan di atas secara tidak
langsung menerangkan, bahwa antara ilmu pengetahuan dan al-qur’an ada kaitan
erat. Akan tetapi keterkaitan antara keduanya disesuaikan dengan porsi yang
sesuai.
SAINS ISLAM
Allah SWT. telah menganugrahkan akal kepada
manusia, suatu anugrah yang sangat berharga, yang tidak diberikan kepada
makhluk lain, sehingga umat manusia mampu berpikir kritis dan logis. Agama
Islam datang dengan sifat kemuliaan sekaligus mengaktifkan kerja akal serta
menuntunnya kearah pemikiran Islam yang rahmatan lil’alamin. Artinya bahwa
Islam menempatkan akal sebagai perangkat untuk memperkuat basis pengetahuan
tentang keislaman seseorang sehingga ia mampu membedakan mana yang hak dan yang
batil, mampu membuat pilihan yang terbaik bagi dirinya, orang lain, masyarakat,
lingkungan, agama dan bangsanya[11].
Sains Islam bukanlah suatu yang terlepas secara
bebas dari norma dan etika keagamaan, tapi ia tetap dalam kendali agama, ia
tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya Islam . Karena
antara agama dan sains dalam Islam tidak ada pemisahan, bahkan sains Islam
bertujuan untuk menghantarkan seseorang kepada pemahaman yang lebih mendalam
terhadap rahasi-rahasia yang terkandung dalam ayat-ayat Allah, baik ayat
qauliah maupun ayat kauniah melalui pendayagunaan potensi nalar dan akal secara
maksimal. Sains Islam tetap merujuk kepada sumber aslinya yakni Al-Qur’an dan
Hadits, tidak hanya berpandu kepada kemampuan akal dan nalar semata, tetapi
perpaduan anatara dzikir dan fikir, sebab bila hanya akal dan nalar yang
menjadi rujukan, maka tidak jarang hasil temuaannya bertentangan ajaran agama
atau disalah gunakan kepada hal-hal yang menyimpang dari norma-norma dan ajaran
agama. Hasil penemuan tersbut bisa-bisa tidak mendatangkan manfaat tepi malah
mendatangkan mafsadah, kerusakan, dan bencana di sana sini.
Karekteristik dari sains Islam adalah
keterpaduan antara potensi nalar, akal dan wahyu serta dzikir dan fikir,
sehingga sains yang dihasilkan ilmuan Muslim batul-betul Islami, bermakna,
membawa kesejukan bagi alam semesta, artinya mendatangkan manfaat dan
kemaslahatan bagi kepentingan umat manusia sesuai dengan misi Islam rahmatan
lil’alamin. Sains Islam selalu terikat dengan nilai-nilai dan norma agama dan
selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dan ia membantu menghantarkan para
penemunya kepada pemahaman, keyakinan yang lebih sempurna kepada kebanaran
informasi yang terkandung dalam ayat-ayat Allah, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan keimanan, ketakwaan kepada Allah, mengakui keagungan, kebesaran,
dan kemaha kuasan-Nya.
Pengetahuan adalah dinamo peradaban masa depan,
mereka yang menguasai ilmu pengetahuan, merekalah yang akan menguasai
peradaban. Bila pemuda Islam saat ini jauh dari ilmu pengetahuan, maka akan
sangat sulit untuk menikmati kejayaan Islam dalam waktu dekat. Tantangan kita
sebagai mahasiswa Muslim adalah bagaimana ilmu pengetahuan yang kita dapatkan
di kampus mampu bermanfaat untuk kemashalatan umat. Masyarakat membutuhkan
inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan baru untuk mendorong kesejahteraan
mereka. Harapan besar di masa datang adalah bagaimana kita mampu memanfaatkan
kampus kita sebagai pendorong dari peradaban Islam itu.
Jadi Al-Qur’an mengandung anjuran untuk
mengamati alam raya, melakukan eksperimen dan menggunakan akal untuk memahami
fenomenanya, dalam hal ini ditemukan persamaan dengan para ilmuwan, namun di
segi lain terdapat perbedaan yang sangat berarti antara pandangan atau
penerapan keduanya.
Dalam bukunya, Science and the Modern World, A.N.
Whitehead menulis: “Bila kita menyadari betapa pentingnya agama bagi manusia
dan betapa pentingnya ilmu pengetahuan, maka tidaklah berlebihan bila dikatakan
bahwa sejarah kita yang akan datang bergantung pada putusan generasi sekarang
mengenai hubungan antara keduanya.”
No comments:
Post a Comment