Mata Kuliah Psikologi
PENDAHULUAN
Setiap individu memiliki variabel-variabel perbedaan abilitas. Keberhasilan pembelajaran bahasa terkait erat dengan variabel-variabel perbedaan individual tersebut. Variabel-variabel abilitas individual terbagi atas dua klasifikasi yaitu abilitas kognitif dan abilitas afektif/konatif. Abilitas kognitif meliputi intelegensi, bakat, kecepatan, dan pengaktifan ingatan (kapasitas kerja memori), sedangkan abilitas afektif/konatif mencakup kecerdasan, motivasi dan emosi.
Proses perolehan bahasa kedua menglami kendala dan ketidakleluasaan. Hal ini terlihat saat terjadi periode kritis pembelajaran bahasa kedua dan pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa. Efek periode kritis terhadap pembelajaran bahasa kedua dipengaruhi oleh pengetahuan bawaan (innate) dan mekanismenya.
PEMBAHASAN
1. PERSEPSI
Persepsi dalam arti sempit
adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah
pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan
sesuatu.
Presepsi disebut inti
komunikasi karena jika presepsi kita tidak akurat, kitatidak mungkin
berkomunikasi dengan efektif.
Proses terbentuknya persepsi
Manusia
secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses yang sama, oleh
karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses dimana ada informasi yang
diperoleh lewat memory organisme yang hidup. Fakta ini memudahkan peningkatan
persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi individu yang mencetus
suatu pengalaman dari organisme, sehingga timbul berpikir yang dalam proses
perceptual merupakan proses yang paling tinggi (Hill. G, 2000).
Menurut
Mulyana (2005) persepsi sosial adalah proses menangkap arti obyek-obyek sosial
dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat
emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko. Setiap orang
memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Prinsip
penting yang menjadi pembenaran mengenai persepsi sosial adalah :
·
Persepsi berdasarkan
pengalaman Pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka
mengenai realitas (social) yang telah dipelajari (pengalaman). Ketiadaan
pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu obyek jelas akan membuat seseorang
menafsirkan obyek tersebut berdasarkan dugaan semata, atau pengalaman yang
mirip.
·
Persepsi bersifat selektif
Alat indera kita bersifat lemah dan selektif (selective attention). Apa
yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya.
Ada kecenderungan kita melihat apa yang kita lihat, kita mendengar apa yang
ingin kita dengar. Atensi kita pada suatu rangsangan merupakan faktor utama
yang menentukan selektivitas kita atas rangsangan tersebut. Perhatian adalah
proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam
kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.
·
Persepsi bersifat dugaan
Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak
pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti
proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh
seperangkat rincian yanng lengkap kelima indera kita. Proses persepsi yang
bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang
lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Dengan demikian, persepsi juga
adalah suatu proses pengorganisasian informasi yang tersedia, menempatkan
rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang
memungkinkan kita memperoleh suatu makna lebih umum.
·
Persepsi bersifat evaluatif
Tidak ada persepsi yang bersifat obyektif, karena masing-masing melakukan
interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingannya. Persepsi
adalah suatu proses kognitif psikologis yang mencerminkan sikap, kepercayaan,
nilai dan pengharapan persepsi bersifat pribadi dan subjektif yang digunakan
untuk memaknai persepsi.
·
Persepsi bersifat kontekstual
Konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Konteks yang melingkungi
kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat
mempengaruhi struktur kogniif, pengharapan dan oleh karenanya juga persepsi
kita. Interpretasi makna dalam konteksnya adalah suatu faktor penting dalam
memahami komunikasi dan hubungan sosial. Struktur objek atau kejadian
berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan. Proses terjadinya
persepsi
Proses terjadintya persepsi
- Teradinya stimulasi alat indera ( sensory
stimulation )
Pada tahap aretama alat alat
indera distimulasi ( dirangsang ), salah satunya dengan cara mendengarkan suara
musik, melihat seseorang yang sudah lama tidak kita jumpai, mencium parfum,
mencicipi sepotong kue.
- Stimulasi terhadap alat indera diatur
Pada tahap kedua rangsangan
terhadap alat indera diatur menurut berbagai perinsip. Salah satu perinsip yang
harus digunakan adalah perinsip progsimitas atau kemiripan = orang atau pesan
yang secara fisik mirip satu sama lain, dipersepsikan bersama sama, atau
sebagai satu kesatuan
- Stimulasi alat indera ditafsirkan -
dievaluasi
Langkah ketiga dalam proses
peseptual adalah penafsiran evaluasi. Langakh ketiga ini merupakan proses
subjektif yang melibatkan evaluasi dipihak penerima.Penafsiran eveluasi kita
tidak semata - mata didasarkan pad rangsangan luar, melainkan juga sangat
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sisetem nilai,
keyakinan tentang yang seharusnya, keadaafisik dan emosi pada saat itu dan
sebagainya pada diri kita
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi persepsi
- Faktor eksternal atau dari luar :
·
Concreteness yaitu wujud atau
gagasan yang abstrak yang sulit dipersepsikan dibandingkan dengan yang
obyektif.
·
Novelty atau hal yang baru,
biasanya lebih menarik untuk di persepsikan dibanding dengan hal-hal yang baru.
·
Velocity atau percepatan
misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif
di bandingkan dengan gerakan yang lambat.
·
Conditioned stimuli, stimuli
yang di kondisikan seperti bel pintu, deringan telepon dan lain-lain.
- Faktor internal atau dari dalam :
·
Motivation, misalnya merasa
lelah menstimulasi untuk berespon untuk istirahat.
·
Interest, hal-hal yang menarik
lebih di perhatikan dari pada yang tidak menarik
·
Need, kebutuhan akan hal
tertentu akan menjadi pusat perhatian
·
Assumptions, juga mempengaruhi
persepsi sesuai dengan pengalaman melihat, merasakan dan lain-lain.
Menurut Rahmat (2005) faktor-faktor personal yang
mempengaruhi persepsi interpersonal adalah:
·
Pengalaman Seseorang yang telah mempunyai
pengalaman tentang hak-hak tertentu akan mempengaruhi kecermatan seseorang
dalam memperbaiki persepsi.
·
Motivasi Motivasi yang sering
mempengaruhi persepsi interpersonal adalah kebutuhan untuk mempercayai “dunia
yang adil” artinya kita mempercayai dunia ini telah diatur secara adil.
·
Kepribadian Dalam psikoanalisis dikenal
sebagai proyeksi yaitu usaha untuk mengeksternalisasi pengalaman subyektif
secara tidak sadar, orang mengeluarkan perasaan berasalnya dari orang lain.
2. TANGGAPAN(APRESIASI)
Tanggapan biasa didefinisikan
sebagai bayangan yang menjadikan kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Kesan
tersebut menjadi isi kesadaran yang dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan
konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan
untukmasayangakandatang.
Menanggap dapat diartikan
sebagai mereaksi stimuli dengan membangun kesan pribadi yang berorientasi
kepada pengamatan masa lalu, pengamatan masa sekarang, dan masa yang akan
datang.
Menurut Johann Federich
Herbart (1776-1841), tanggapan adalah merupakan unsur dasar dari jiwa manusia.
Tanggapan dipandang sebagai kekuatan psikologis yang dapat menolong atau
menimbulkan keseimbangan, ataupun merintangi atau merusak keseimbangan.
Tanggapan diperoleh dari pengindraab dan pengamatan. Tanggapan-tanggapan ada
yang berada dalam kesadaran, dan kebanyakan berada di bawah sadar. Diantara
kedua keasadaran terdapat batas pemisah yang disebut “ ambang kesadaran ”.
tanggapan yang mengendap di bawah kesadaran dapat muncul kembali ke alam
kesadaran, dan yang semula memang berada di ambang kesadaran itu selalu ada dan
muncul secara mekanis.
Tanggapan yang lemah adalah
secara statis alam, sedangkan tanggapan yang kuat adalah lebih besar kecenderungannya
untuk muncul kembali ke alam kesadaran. Kemunculan tanggapan ke alam kesadaran
itu menunggu adanya rangsangan yang relevan atau dapat bersatu dengan tanggapan
yang bersangkutan. Hal ini terjadi dengan menggunakan tanggapan ingatan ataupun
antisipasi tanggapan yang akan datang, kecuali pada bayi yang ingatan dan
fantasinyabelumberfungsi.
Tanggapan yang muncul ke alam
kesadaran dapat mendapat dukungan atau mungkin juga rintangan dari tanggapan
lain. Dukungan terhadap tanggapan akan menimbulkan rasa senang. Sedangkan
rintangan terhadap tanggapan akan menimbulkan rasa tidak senang. Kecenderungan
untuk mempertahankan rasa tidak senang dan menghilangkan rasa tidak senang
memancing bekerjanya kekuatan kehendak atau kemauan. Kemauan ini sebgai penggerak
tingkah laku, maka hendaknya pendidikan mampu mengembangkan dan mengontrol
tanggapan-tanggapan yang ada pada anak didik, sehingga dengan demikian akan
berkembang suatu kondisi motivasi bagi perbuatan belajar anak didik.
Untuk memudahkan pensifatan
tanggapan biasanya ditempuh dengan jalan membuat perbandingan antara tanggapan
dan pengamaatan. Adapun perbandingan antara tanggapan dan pengamata itu secara
garis besarnya dapat diikhtisarkan sebagai berikut.
1.
Tanggapan Pengamatan
a. Cara tersedianya objek disebut representasi Cara tersedianya objek disebut
presentasi
b. Objek tidak ada pada dirinya sendiri tetapi ada pada diri subjek yang
menanggap Objek adapadadirinyasendiri
c. Objek hanya ada dan untuk subjek yang menanggap Objek ada bagi setiap orang
d. Terlepas dari unsur tempat, keadaan dan waktu Terikat pada tempat, keadaan
dan waktu
2. Macam-macam Tanggapan
Menurut Buku Drs. Wasty
Soemanto Tanggapan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
-
Tanggapan masa lampau yang
sering disebut sebagai tanggapan ingatan.
-
Tanggapan masa sekarang yang
dapat disebut sebagai tanggapan imajinatif.
-
Tanggapan masa mendatang yang
biasa disebut sebagai tanggapan antisipasif
-
Tanggapan erat hubungannya dengan berfungsinya
ingatan, ketetapan dan kejelasan. Tanggapan tergantung pada derajat kompleksitas
situmulus yang asli dan pada ketelitian pengamatan indra, serta pada faktor
ingatan.
1)
Tanggapan Reproduksi
·
Suatu tanggapan dianggap sebagai reproduktif, bila
tanggapan itu menunjukkan pengingatan kembali suatu benda, kejadian, atau
situasi, yang memberikan suatu pengalaman sensoris atau pengamatan masa lalu.
Setiap hal dari pengindraan dapat terlibat ; suatu tanggapan ingatan mungkin
berupa pendengaran, penglihatan, suhu. Rasa sakit, penciuman, atau kinestesis.
·
Suatu tanggapan yang diiangat tentang pngalaman-pengalaman
lalu cenderung berbeda-beda dalam kejelasannya sesuai dengan kesederhanaa nya
atau kekompleksannya, dan juga sesuai dengan jumlah pengalaman mengenai situasi
pengindraan yang asli. Misalnya, tanggapan uang logam lima sen akan jauh lebih
jelas untuk sebagian besar orang-orang dari pada ruang tamu seorang teman.
2)
Tanggapan Imaginer
Tanggapan bukanlah selalu hanya reproduksi
pengalaman-pengalaman lalu. Banyak gambaran-gambaran mental (Tanggapan) adalah
hasil dari suatu syntese pengalaman-penglaman masa lalu, hal ini disebut
tanggapan imaginer yang berdasar kepada penglaman-penglaman lalu, tetapi yang
mengambil suatu bentuk baru dan dapat dianggap sebagai “tanggapan produktif dan
kreatif
Penemuan, pembacaan hasil-hasil fiktif (khayalan dan
arsitik) adalah contoh-contoh dari jenis tanggapan ini. Mimpi malam dan siang
hari meliputi tanggapan reprodukti dan sintetis.
3)
Tanggapan Halusinasi
Unsur-unsur emosi mimpi menjadi faktor-faktor yang
kuat dalam perkembangan halusinasi. Tanggapan halusinasi meliputi pembentukan
gambaran-gambaran yang tak berhubungan dengan kenyataan tetapi yang di proyeksi
kepada dunia yang nyata. Dalam bentuk-bentuk tartuntu gangguan emisional yang
keras, misalnya, pasien dapat melapurkan melihat malaikat atau mendengar
suara-suaranya.
4)
Tanggapan Editis
Ada sementara orang yang sudah mengamati sesuatu
mendapatkan tanggapan yang sangat jelas dan ingat betul sampai mendetail.
a.
Tipe-Tipe Tanggapan
1.
Bayangan Eidentik
Bayangan Eidentik ialah tanggapan yang jelas dan
hidup sehingga menyerupai pengamatan. (eidos=bayangan/areal). Bayangan Eidentik
banyak terdapat pada anak-anak. Ada 2 macam tipe anak eidentik, ialah :
a.
Tipe Tetanoid atau Tipe T :
Bayangan eidentik bagi tipe ini tidak lekas timbul dengan sendirinya atau
ditimbulkan.
b.
Tipe Basedoid atau Tipe B :
Bayangan bagi tipe ini mudah ditimbulkan secara mendadak atau spontan.
2.
Proses Pengiring
Proses pengiring ialah besar
kecilnya pengaruh dari kesan-kesan yang dimiliki. Dapat dibedakan dalam 2 macam
ialah :
-
Fungsi sekunder, artinya
pengaruh dari kesan yag telah dimiliki besar sekali, ia sukar melupakan
pengalaman-pengalaman pada masa lampau. Jadi kesan-kesan masa lampau selalu
berada di ruang kesadaran, sukar dimasukan di bawah kesadaran, sukar
menyesuaikan diri.
-
Fungsi primer, artinya
pengaruh-pen garuh dari kesan yang telah dimiliki sejak kecil sekali. Ia mudah
melupakan pengalaman masa lampau, mudah masuk kebawah sadar, mudah menyesuaikan
diri. Hal ini besar pengaruhnya pada watak seseorang.
3.
Reproduksi
Reproduksi ialah kembalinya
suatu tanggapan dari ruang bawah sadar ke ruang kesadaran.
Reproduksi dapat terjadi
dengan alat-alat perantara atau tanpa perantara. Yang dengan perantara,
misalnya karena pengaruh perkataan : kita membaca perkataan Surabaya, maka
timbullah tanggapan-tanggapan tentang kebun binatang., tugu pehlawan, jembatan
merah dan sebagainya. Sedang yang tanpa perantara terjadi karena kekuatan
sendiri timbul di ruang kesadaran. Reproduksi ini dapat terjadi tidak dengan
sengaja atau pun dengan sengaja.
4.
Asosiasi
Asosiasi, ialah ikatan antara
tanggapan yang satu dengan yang lain didalam jiwa. Tanggapan yang berasosiasi ber-kecenderungan
untuk memproduksi, artinya jika yang satu disadari, maka yang lain ikut
disadari pula.
Asosiasi terjadi mekanis,
dengan sendirinya, menurut hukum-hukum tertentu. Herbart (pendidik bahasa
jerman) mengemukakan 5 hukum asosiasi yang mula-mula berasal dari Aristoteles,
sebagai berikut:
a.
Hukum sama waktu atau
serentak: artinya beberapa tanggapan yang dialami waktu yang sama akan bersatu
dengan lainnya. Misalnya antara bentuk benda dengan namanya, dengan rasanya,
dengan baunya, dengan warnanya: karena pada waktu kita mengamati bentuk benda
tersebut sekaligus kita telah mendengar namanya, membau-nya, mengenyam rasanya,
melihat warnanya dan sebagainya.
b.
Hukum berurutan : artinya
beberapa yang kita alami berturut-turut yang satu dengan yang lain akan
beasosiasi. Misalnya kakak dengan adik-adiknya, abjad a, b, c, d, dengan angka
1 2 3 4 dan sebagainya.
c.
Hukum serupa atau persamaan :
artinya beberapa tanggapan yang serupa, sejenis, identik, dan sebagainya, satu
dengan yang lainnya akan berasosiasi. Dengan catatan bahwa yang lama atau yang
sering dialami akan dijadikan pedoman. Misalnya : seorang anak untuk pertama
kali melihat harimau di kebun binatang. Ia teringat pada kucing besar.
d.
Hukum berlawanan : artinya
tanggapan-tanggapan yang berlawanan satu dengan yang lainnya akan berasosiasi.
Misalnya : sangat gemuk dan sangat kurus, sangat besar dengan sangat kecil,
sangat tinggi dengan sangat pendek dan sebagainya.
e.
Hukum logis : atau hukum sebab
akibat, artinya suatu tanggapan yang sedang kita alami akan mengingatkan kita
kepada sebab-sebab atau pun akibat-akibatnya. Misalnya hujan lebat akan
mengingatkan mendung dapat pula mengingatkan banjir dan sebagainya.
Oleh karena aliran ilmu jiwa modern hukum-hukum
asosiasi ini disederhanakan sebagai berikut:
-
Hukum kontiuitet
(berdampingan), artinya beberapa tanggapan yang dialami pada waktu yang sama
atau berturut-turut.
-
Hukum persamaan atau serupa.
-
Hukum berlawanan.
5.
Apersepsi
Apersepsi (aperseption), ialah
pengamatan yang dilakukan dengan sadar terhadap bahan-bahan dari luar (menurut
Leibnitz).
Menurut Wundt, apersepsi ialah proses kemauan yang memimpin jalannya pekerjaan jiwa dan yang menempatkan gejala kejiwaan pada pusat kesadaran di dalam hubungan kategorial, artinya menurut jenis, golongan, dan bagian.
Menurut Wundt, apersepsi ialah proses kemauan yang memimpin jalannya pekerjaan jiwa dan yang menempatkan gejala kejiwaan pada pusat kesadaran di dalam hubungan kategorial, artinya menurut jenis, golongan, dan bagian.
Tipe tanggapan menurut macam
indera yang dipergunakan untuk membentuk tanggapan-tanggapan, maka dapat
digolongkan dalam beberapa tipe ialah :
a.
Permata (visueel), ialah orang
yang mudah memahami sesuatu yang dilihatnya.
b.
Penelinga (auditief), ialah
orang yang mudah memahami sesuatu yang didengarnya.
c.
Penganggota (motoris), ialah
orang yang mudah memahami sesuatu yang diikuti dengan gerakan.
d.
Peraba (tactile), ialah orang
yang mudah memahami sesuatu yang dirabanya.
3. INGATAN (MEMORI.)
Menurut Bruno, memori merupakan proses mental yang
meliputi pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan
pengetahuan. Memori sesungguhnya merupakan fungsi mental yang menyimpan
informasi yang kita tangkap dan ia merupakan storage sistem, yakni sistem
penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat dalam otak manusia.
Menurut Best, sistem sebelum masuk dan diproses oleh
subsistem akal pendek (short term memori) terlebih dahulu disimpan sesaat atau
tepatnya lewat, karena hanya dalam waktu sepersekian detik, dalam tempat
penyimpanan sementara yang disebut sensory memory alias sensori register
yakni subsistem penyimpanan pada syaraf indera penerima informasi. Dalam dunia
kedokteran subsistem ini disebut “syaraf sensori” yang berfungsi mengirimkan
impuls ke otak.
Dengan demikian, struktur sistem akal manusia terdiri
atas tiga subsistem, yakni: sensori register, short term memory,
dan long system memory. Istilah memori dalam hal ini lazim juga disebut
“storage” atau tempat penyimpanan informasi.
Ditinjau dari sudut informasi dan pengetahuan yang
disimpan, memori manusia itu terdiri atas dua macam.
- Semantic
memory (memori semantik), yakni memori khusus yang
menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian.
- Episodic
memory (memori episodik), yaitu memori khusus yang
menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
Menurut
Reber, dalam memori semantik, informasi yang diterima ditransfomasikan dan
diberi kode arti, lalu disimpan atas dasar arti itu. Jadi, informasi yang kita
simpan tidak dalam bentuk aslinya, tetapi dalam bentuk kode yang memiliki arti.
Sedangkan menurut Daehler dan Bukatko, memori episodik adalah memori yang
menerima dan menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu
pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi.
Hingga kini masih sulit dipastikan bagaimana dan
sejauh mana hubungan antara kedua memori tersebut. Namun, sebagian ahli
memperkirakan bahwa memori episodik mungkin dapat membuka jalan penyimpanan
pengetahuan yang bersifat semantik. Best berpendapat bahwa antara item
pengetahuan episodik dengan item pengetahuan semantik terdapat hubungan yang
memungkinkan bergabungnya item episodik dalam memori semantik. Dalam hal ini,
item pengetahuan dalam memori episodik dapat diproses/dimodifikasi oleh sistem
aka kita menjadi item-item yang berbentuk arti-arti sehingga memperoleh akses
ke memori semantik. Di luar kemungkinan proses ini, belum ada keterangan lain
yang lebih akurat mengenai cara dan sifat penggabungan antara memori episodik
dengan memori semantik.
4. FUNGSI, SIFAT, DAN JENIS
MEMORI.
Secara teori dapat kita dibedakan adanya tiga aspek
dalam berfungsinya ingatan itu, yaitu :
a.
mencamkan,
yaitu menerima kesan-kesan;
b.
menyimpan
kesan-kesan;
c.
memproduksikan
kesan-kesan.
Atas dasar kenyataan inilah, maka biasanya ingatan
didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan
kesan-kesan.
Pensifatan yang diberikan kepada ingatan juga lalu
diberikan kepada masing-masing aspek itu. Ingatan yang baik mempunyai
sifat-sifat : cepat atau mudah mencamkan, setia, teguh, luas,dalam menyimpan
dan siap atau sedia dalam mereproduksikan kesan-kesan.
Ingatan cepat artinya mudah dalan mencamkan sesuatu
hal dalam menjumpai kesukaran. Ingatan setia artinya apa yang telah diterima
(dicamkan) itu akan disimpan sebaik-baiknya, tak kan berubah-ubah, jadi tetap
cocok dengan keadaan waktu menerimanya. Ingatan teguh artinya dapat menyimpan
kesan dalam waktu yang lama, tidak mudah lupa. Ingatan luas artinya dapat
menyimpan banyak kesan-kesan. Ingatan siap artinya mudah dapat mereproduksi
kesan yang telah disimpannya.
Atkinson dan Shiffrin (1968) mengajukan suatu teori
atau model tentang pemrosesan informasi dalam otak.
5. BERPIKIR
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan
kerja otak,akan tetapi pikiran manusia walaupun tidak bisa dipisahkan dari
aktivitas kerja otak,lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang di sebut
otak.kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan
kehendak dan perasaan manusia.memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada
objek tertentu, menyadari kehadiranya seraya secara aktif menghadirkanya dalam
pikiran kemudian mempunyai gagasan atau wawasan tentang objek tersebut.
Macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan
sebagai berikut;
1)
berpikir
Asosiatif,yaitu proses berpikir dimana suatu ide merangsang timbulnya suatu ide
lain.jenis-jenis berpikir Asosiatif:
a.
Asosiasi
bebas: suatu ide menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasannya
b.
Asosiasi
terkontrol: satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dalam
batas-batas tertentu.
c.
Melamun:
menghayal bebas, sebebas bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak
realitis
d.
Mimpi:
ide-ide tentang berbagai hal,yang timbul secara tidak disadari waktu tidur.
e.
Berfikir
artistik: proses berfikir yang sangat subjektiv. Jalan pikiran sangat
dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan
sekitar
2)
Berfikir
terarah yaitu proses berfikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan
pada sesuatu, biasnya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berfikir
terarah yaitu:
a.
Berfikir
kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu keadaan
b.
Berfikir
kreatif yaitu berfikir menentukan hubungan-hubungan baru antara
berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistm baru,
menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya
Hakikat
berfikir
Menurut analisis berfikir, proses berfikir itu terdiri
dari keaslian, kritik, dan penerimaan atau penolakan hipotesis. Dalam pemecahan
problem yang bersifat non simbolis( misalnya pemecahan teka-teki), sasaran atau
kritik terhadap hipotesis dilaksanakan bersama-sama dalam perbuatan trial and
eror yang bersifat terbuka. Responnya berwujud gerakan-gerakan otot besar
Dalam
pemecahan problem yang bersifat simbolis (reasoning) sasaran hipotesis berbeda
dari kritiknya sasaran-sasaran itu selalu dilambangkan. Sasaran kritik itu
dilambangkan oleh respon-respon yang bersifat tertutup, seperti sensasi, fantasi,
bahasa, atau gerakan-gerakan kecil, kesimpulannya seseorang berfikir bukan saja
dengan otaknya tetapi juga dengan seluruh tubuhnya.
6. INTELEGENSI (KECERDASAN)
Gadner (2003) menyebutkan kecerdasan sebagai
biopsikologi, artinya makhluk hidup memiliki potensi untuk menggunakan
sekumpulan bakat kecerdasan bahasa. Kecerdasan bahasa bukanlah salah satu
kuantitas tetap, namun melibatkan berbagai aspek. Banyak peneliti psikologi
yang mempelajari intelegensi percaya adanya bukti pandangan konvensional
psikometrik yang menempatkan kemampuan umum (g = general) pada puncak hierarki,
kemudian abilitas di bawahnya yang lebih mengecil secara suksesif. Konstruk
successfull intelegence lebih baik dalam menangkap sifat fundamental kemampuan
manusia.. Sebutan intelegensi sebagai adaptasi lingkungan dan dioperasionalkan
secara sempit dalam tes intelegensi kurang memadai. Sebaliknya, sebutan
successfull intelegence mempertimbangkan abilitas untuk mencapai keberhasilan
hidup, mempertimbangkan adanya standar personal dalam konteks sosio budaya.
Abilitas orang untuk mencapai keberhasilan tergantung pada kemampuan untuk
memanfaatkan kekuatan atau kelebihannya dan mengkoreksi atau mengimbangi
kelemahannya melalui suatu keseimbangan kemampuan analitis, kreatif, dan
praktis guna mengadaptasi, membentuk, dan menyeleksi lingkungan. Setiap orang
mempunyai pola kemampuan yang berbeda sehingga dirinya akan berhasil belajar
bahasa ketika cara mereka sesuai dengan pola kemampuannya.
a. Hubungan
intelegensi dan kreativitas
Berbagai study melaporkan hasil yang berbeda-beda
mengenai hubungan antara kreativitas dan intelegensi. Pada intinya, penelitian
itu membuktikan bahwa sampai tingkat tertentu terdapat hubungan antara
intelegensi dan kreativitas.namun,menurut Getzels dan Jackson pada tingkat IQ diatas
120,hampir tidak ada hubungan antara keduanya.artinya ,orang yang IQ nya
tinggi, mungkin kreativitasnya rendah, atau sebaliknya.
Selanjutnya, kedua peneliti itu membuat 4 kelompok
orang,yaitu:
a)
Kreativitas
rendah, intelegensi rendah
b)
Kreativitas
tinggi, intelegensi tinggi
c)
Kreativitas
rendah,intelegensi tinggi
d)
Kreativitas
tinggi,intelegensi rendah
Intelegensi bukan suatu konstruk unitary sehingga
teori-teori yang didasarkan pada sebutan intelegensi general masih belum
memadai. Pola korelasi positif di antara tes abilitas mencerminkan keterbatasan
interaksi di antara individu yang diuji, jenis tes yang digunakan untuk
menguji, dan situasi tempat yang individu diuji.
Masalah teori-teori general-ability, Gardner (1999)
mengusulkan model multiple-intellegences yang memandang intelegensi meliputi
tujuh (sekarang delapan) multiple intellegences, yaitu: linguistic,
logika-matematika, spatial, musical, bodily-kinetik, interpersonal,
intrapersonal, dan (sekarang) naturtalistik. Gardner menambah dengan intelegensi
eksistensi dan spiritual yang disebut candidate intelegen. Teori ini dapat
diterapkan pada persoalan kecerdasan (aptitude) dalam belajar bahasa asing.
Intelegensi linguistic dapat dimasukkan dalam pembelajaran bahasa asing. Semua
bahasa memerlukan beberapa ukuran intelegensi logika-matematika, khususnya
bahasa latin yang melibatkan tingkat analisis yang tinggi. Teori ini memberi
kontribusi penting bagi literatur mengenai intelegensi karena memisahkan diri
dari g theory. Namun teori ini masih problematik: pertama, meskipun teori ini
diusulkan 20 tahun lalu namun masih belum ada studi yang dirancang untuk
menghimpun bukti empiris; kedua, bukti yang mendukung interkorelasi setidaknya
d iantara beberapa abilitas dalam teorinya (misal: spatial dan logika matematika)
begitu membingungkan sehingga dibahas Gardner hanya dengan memberi label
paper-and-pencil test sebagai hal yang kurang penting (travial); dan ketiga,
kriteria yang digunakan Gardner untuk mengidentifikasikan intelegensi perlu
dikaji ulang, khususnya dalam kaitannya dengan candidate intellegences.
Apakah intelegensi itu. Menurut Binet (dalam Dedy,
1982) intelegensi paling tidak memiliki tiga aspek kemampuan yaitu kemampuan
untuk memecahkan suatu persoalan, kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap
pemecahan masalah, dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Intelegensi
dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
Intelegensi yang dibutuhkan dalam mencapai
keberhasilan hidup dan belajar bahasa asing meliputi aspek analitis, kreatif,
dan praktis. Menurut usulan teori intelegensi manusia dan perkembangannya
(Sternberg 1997) sejumlah proses umum mendasari tiga aspek intelegensi: meta
komponen atau proses eksekutif, merencanakan apa yang harus dilakukan,
memonitor hal-hal ketika sedang berbuat, dan mengevaluasi hal-hal setelah
menyelesaikan pekerjaan. Contoh meta komponen; seorang pembelajar bahasa asing
dalam pelajaran pengantar harus menentukan apa yang harus dipelajari, bagaimana
mempelajarinya, bagaimana menguji pengetahuannya, dsb. Intelegensi analitik
terlibat ketika komponen-komponen intelegensi diterapkan untuk menganalisis,
mengevaluasi, menentukan, atau membandingkan dan membedakan.
Intelegensi kreatif diperlukan apabila muncul masalah
baru. Menurut teori seccesfull inteligen, intelegensi kreatif diukur dengan
kemampuan untuk menilai masalah, yaitu seberapa baik individu dalam menghadapi
masalah yang relatif baru (baik yang bersifat convergen atau divergen).
Penelitian kreativitas menunjukkan sejumlah perbedaan dan perkembangan
individu: 1) Seberapa jauh pemikiran individu bersifat baru? 2) Apa mutu
pemikiran baru? dan 3) Seberapa jauh pemikiran individu memenuhi tuntutan
tugas? Skill berfikir kreatif dapat diajarkan.
Intelegensi praktis melibatkan individu untuk
menerapkan kemampuannya menghadapi berbagai macam masalah dalam kehidupan
sehari-hari, seperti masalah di rumah atau di tempat kerja. Intelegensi praktis
meliputi penerapan komponen-komponen intelegensi terhadap pengalaman untuk: (a)
beradaptasi, (b) membentuk, dan (c) menyeleksi lingkungan. Adaptasi terlibat
ketika orang mengubah dirinya untuk menyesuaikan dengan lingkungan. Banyak
upaya intelegensi praktis berpusat pada konsep pengetahuan yang tidak diucapkan
(Tacit Knowladge) (yaitu pengetahuan yang dibutuhkan orang agar dapat bekerja
secara efektif dalam suatu lingkungan yang tidak diajarkan secara eksplisit dan
sering tidak bersifat verbal: Sternberg 1986). Tacit knowledge dapat dihadirkan
dalam bentuk sistem produksi, atau sekuensi statemen “jika-maka” yang
menjabarkan produser yang diikuti orang dalam bermacam situasi sehari-hari.
Umumnya, tacit knowledge diukur dengan menggunakan masalah yang berkaitan
dengan upaya mengatasi masalah. Intelegensi yang terjelma dalam tacit knowledge
meningkat seiring dengan bertambahnya pengalaman. Skill intelegensi dapat
diajarkan melalui program pengajaran skill intelektual praktis.
b. Evaluasi
Perkembangan Teori Intelegensi
Faktor-faktor akademik. Banyak psikolog yang
disebutkan dalam buku mengenai faktor g menerima model konvensional dan tes
intelegensi. Mengapa mereka mendukung teori dan tes tersebut jika data tidak
mendukungnya? Jawabannya tergantung pada data yang terpilih. Terdapat banyak
bukti bahwa:
a)
Tes
intelegensi konvensional menghasilkan faktor umum dan
b)
Tes tersebut
memprediksi banyak variasi hasilnya di sekolah, tempat kerja, dan dalam aspek
lain kehidupan orang di sekolah, di tempat kerja, dll. Namun faktor general
hanya bersifat general dalam kaitannya dengan aspek akademik atau analitik
intelegensi. Ketika kita memasukkan abilitas kreatif dan praktis dalam
penilaian, faktor umum hilang. Argumen ini menyatakan bahwa tes konvensional
kurang sempurna. Di bidang intelegensi masih perlu banyak diteliti untuk
menguji generalisasi tsb.
Faktor-faktor
societal. Mengapa tes konvensional cukup lama dipertahankan? Terdapat beberapa
alasan. Pertama, tes konvensional telah siap ada untuk: (a) gangguan mental,
(b) kelemahan dalam belajar, (c) memasuki sekolah swasta, (d) memasuki college,
(e) memasuki sekolah professional dan sekolah graduate, dan penggunaan lainnya.
Kedua, training dalam penggunaan tes tradisional cukup mudah karena diberikan
secara turun-temurun. Ketiga, jenis skill yang diukur oleh tes konvensional
menjadi bahan bagi prestasi sekolah.
Sistem tertutup. Menurut Herrnstein dan Murray (1994), dalam tes konvensional intelegensi disebutkan bahwa sekitar 10% variasi rata-rata dalam berbagai macam hasil yang ada dalam dunia nyata. Gambaran tersebut menyatakan bahwa terdapat banyak orang yang mampu terabaikan karena berbagai abilitas yang dimilikinya (meskipun penting bagi performa kerja) tidak cukup penting bagi performan tes. Misalnya, jenis skill kreatif dan praktis yang menjadi salah satu kunci (matter) keberhasilan kerja umumnya tidak diukur pada tes yang digunakan untuk ujian masuk. Sistem tertutup dapat dikonstruksi untuk menilai hampir seluruh kumpulan atribut apapun. Di sebagian masyarakat, sistem kasta masih digunakan. Para anggota kasta tertentu dimungkinkan untuk naik kasta di atasnya sedangkan kasta lain tidak dapat.
Sistem tertutup. Menurut Herrnstein dan Murray (1994), dalam tes konvensional intelegensi disebutkan bahwa sekitar 10% variasi rata-rata dalam berbagai macam hasil yang ada dalam dunia nyata. Gambaran tersebut menyatakan bahwa terdapat banyak orang yang mampu terabaikan karena berbagai abilitas yang dimilikinya (meskipun penting bagi performa kerja) tidak cukup penting bagi performan tes. Misalnya, jenis skill kreatif dan praktis yang menjadi salah satu kunci (matter) keberhasilan kerja umumnya tidak diukur pada tes yang digunakan untuk ujian masuk. Sistem tertutup dapat dikonstruksi untuk menilai hampir seluruh kumpulan atribut apapun. Di sebagian masyarakat, sistem kasta masih digunakan. Para anggota kasta tertentu dimungkinkan untuk naik kasta di atasnya sedangkan kasta lain tidak dapat.
PENUTUP
Kesimpulan
Perbedaan individual dapat dibagi
menjadi beberapa kelompok, diantaranya pengamatan (persepsi), tanggapan (appersepsi), ingatan (memory), berpikir dan, intelegensi. dari
pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa setiap manusia mempunyai
pemikiran yang berbeda tentang pengamatan, tanggapan, ingatan,cara berpikir dan
intelegensi serta mereka memiliki cara-cara tersendiri dalam memajukan atau
mengoptimalkan semua itu.
DAFTAR PUSTAKA
1.
http//www.tanggapan
individual.co.id (diakses tgl 1, jam 13.01)
2.
Sobur, Alex,Psikolog umum dalam lintasan sejarah,Pustaka
Setia,Bandung 2003.
3.
Rianti, Dwi,Psikologi Umum 2,Gunadarma,
Jakarta,1998.
4.
http//www.perbedaan
individual.co.id(diakses tgl 1,jam 13.02)
5.
http//www.cara
mengoptimalkan ingatan.co.id(diakses tgl 31,jam 23.00)
No comments:
Post a Comment