LightBlog

Thursday, January 24, 2013

VARIABEL PERBEDAAN INDIVIDUAL

Mata Kuliah Psikologi

PENDAHULUAN

            Setiap individu memiliki variabel-variabel perbedaan abilitas. Keberhasilan pembelajaran bahasa terkait erat dengan variabel-variabel perbedaan individual tersebut. Variabel-variabel abilitas individual terbagi atas dua klasifikasi yaitu abilitas kognitif dan abilitas afektif/konatif. Abilitas kognitif meliputi intelegensi, bakat, kecepatan, dan pengaktifan ingatan (kapasitas kerja memori), sedangkan abilitas afektif/konatif mencakup kecerdasan, motivasi dan emosi.
            Proses perolehan bahasa kedua menglami kendala dan ketidakleluasaan. Hal ini terlihat saat terjadi periode kritis pembelajaran bahasa kedua dan pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa. Efek periode kritis terhadap pembelajaran bahasa kedua dipengaruhi oleh pengetahuan bawaan (innate) dan mekanismenya.
            Berkait dengan hal di atas, dalam makalah ini dibahas pemikiran teoritis dan penelitian empiris tentang aspek-aspek perbedaan individual dalam pembelajaran bahasa kedua dan kondisi pembelajaran di kelas pembelajaran bahasa kedua yang mencakup intelegensi, motivasi, kecemasan, bakat bahasa, pengaktifan ingatan, dan usia.

PEMBAHASAN

1.      PERSEPSI          
Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat  sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Presepsi disebut inti komunikasi karena jika presepsi kita tidak akurat, kitatidak mungkin berkomunikasi dengan efektif.
Proses terbentuknya persepsi
      Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses yang sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses dimana ada informasi yang diperoleh lewat memory organisme yang hidup. Fakta ini memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi individu yang mencetus suatu pengalaman dari organisme, sehingga timbul berpikir yang dalam proses perceptual merupakan proses yang paling tinggi (Hill. G, 2000).
      Menurut Mulyana (2005) persepsi sosial adalah proses menangkap arti obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Prinsip penting yang menjadi pembenaran mengenai persepsi sosial adalah :
·      Persepsi berdasarkan pengalaman Pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas (social) yang telah dipelajari (pengalaman). Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu obyek jelas akan membuat seseorang menafsirkan obyek tersebut berdasarkan dugaan semata, atau pengalaman yang mirip.
·      Persepsi bersifat selektif  Alat indera kita bersifat lemah dan selektif (selective attention). Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan kita melihat apa yang kita lihat, kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Atensi kita pada suatu rangsangan merupakan faktor utama yang menentukan selektivitas kita atas rangsangan tersebut. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.
·      Persepsi bersifat dugaan   Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yanng lengkap kelima indera kita. Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses pengorganisasian informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperoleh suatu makna lebih umum.
·      Persepsi bersifat evaluatif   Tidak ada persepsi yang bersifat obyektif, karena masing-masing melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingannya. Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan persepsi bersifat pribadi dan subjektif yang digunakan untuk memaknai persepsi.
·      Persepsi bersifat kontekstual  Konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat mempengaruhi struktur kogniif, pengharapan dan oleh karenanya juga persepsi kita. Interpretasi makna dalam konteksnya adalah suatu faktor penting dalam memahami komunikasi dan hubungan sosial. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan. Proses terjadinya persepsi



Proses terjadintya persepsi
  1. Teradinya stimulasi alat indera ( sensory stimulation )
Pada tahap aretama alat alat indera distimulasi ( dirangsang ), salah satunya dengan cara mendengarkan suara musik, melihat seseorang yang sudah lama tidak kita jumpai, mencium parfum, mencicipi sepotong kue.
  1. Stimulasi terhadap alat indera diatur
Pada tahap kedua rangsangan terhadap alat indera diatur menurut berbagai perinsip. Salah satu perinsip yang harus digunakan adalah perinsip progsimitas atau kemiripan = orang atau pesan yang secara fisik mirip satu sama lain, dipersepsikan bersama sama, atau sebagai satu kesatuan
  1. Stimulasi alat indera ditafsirkan - dievaluasi
Langkah ketiga dalam proses peseptual adalah penafsiran evaluasi. Langakh ketiga ini merupakan proses subjektif yang melibatkan evaluasi dipihak penerima.Penafsiran eveluasi kita tidak semata - mata didasarkan pad rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sisetem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaafisik dan emosi pada saat itu dan sebagainya pada diri kita
Faktor-Faktor yang mempengaruhi persepsi
  1. Faktor eksternal atau dari luar :
·      Concreteness yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit dipersepsikan dibandingkan dengan yang obyektif.
·      Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk di persepsikan dibanding dengan hal-hal yang baru.
·      Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif di bandingkan dengan gerakan yang lambat.
·      Conditioned stimuli, stimuli yang di kondisikan seperti bel pintu, deringan telepon dan lain-lain.
  1. Faktor internal atau dari dalam :
·      Motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon untuk istirahat.
·      Interest, hal-hal yang menarik lebih di perhatikan dari pada yang tidak menarik
·      Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian
·      Assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman melihat, merasakan dan lain-lain.
Menurut Rahmat (2005) faktor-faktor personal yang mempengaruhi persepsi interpersonal adalah:
·      Pengalaman Seseorang yang telah mempunyai pengalaman tentang hak-hak tertentu akan mempengaruhi kecermatan seseorang dalam memperbaiki persepsi.
·      Motivasi Motivasi yang sering mempengaruhi persepsi interpersonal adalah kebutuhan untuk mempercayai “dunia yang adil” artinya kita mempercayai dunia ini telah diatur secara adil.
·      Kepribadian Dalam psikoanalisis dikenal sebagai proyeksi yaitu usaha untuk mengeksternalisasi pengalaman subyektif secara tidak sadar, orang mengeluarkan perasaan berasalnya dari orang lain.
2.      TANGGAPAN(APRESIASI)
Tanggapan biasa didefinisikan sebagai bayangan yang menjadikan kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Kesan tersebut menjadi isi kesadaran yang dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan untukmasayangakandatang.
Menanggap dapat diartikan sebagai mereaksi stimuli dengan membangun kesan pribadi yang berorientasi kepada pengamatan masa lalu, pengamatan masa sekarang, dan masa yang akan datang.
Menurut Johann Federich Herbart (1776-1841), tanggapan adalah merupakan unsur dasar dari jiwa manusia. Tanggapan dipandang sebagai kekuatan psikologis yang dapat menolong atau menimbulkan keseimbangan, ataupun merintangi atau merusak keseimbangan. Tanggapan diperoleh dari pengindraab dan pengamatan. Tanggapan-tanggapan ada yang berada dalam kesadaran, dan kebanyakan berada di bawah sadar. Diantara kedua keasadaran terdapat batas pemisah yang disebut “ ambang kesadaran ”. tanggapan yang mengendap di bawah kesadaran dapat muncul kembali ke alam kesadaran, dan yang semula memang berada di ambang kesadaran itu selalu ada dan muncul secara mekanis.
Tanggapan yang lemah adalah secara statis alam, sedangkan tanggapan yang kuat adalah lebih besar kecenderungannya untuk muncul kembali ke alam kesadaran. Kemunculan tanggapan ke alam kesadaran itu menunggu adanya rangsangan yang relevan atau dapat bersatu dengan tanggapan yang bersangkutan. Hal ini terjadi dengan menggunakan tanggapan ingatan ataupun antisipasi tanggapan yang akan datang, kecuali pada bayi yang ingatan dan fantasinyabelumberfungsi.
Tanggapan yang muncul ke alam kesadaran dapat mendapat dukungan atau mungkin juga rintangan dari tanggapan lain. Dukungan terhadap tanggapan akan menimbulkan rasa senang. Sedangkan rintangan terhadap tanggapan akan menimbulkan rasa tidak senang. Kecenderungan untuk mempertahankan rasa tidak senang dan menghilangkan rasa tidak senang memancing bekerjanya kekuatan kehendak atau kemauan. Kemauan ini sebgai penggerak tingkah laku, maka hendaknya pendidikan mampu mengembangkan dan mengontrol tanggapan-tanggapan yang ada pada anak didik, sehingga dengan demikian akan berkembang suatu kondisi motivasi bagi perbuatan belajar anak didik.
Untuk memudahkan pensifatan tanggapan biasanya ditempuh dengan jalan membuat perbandingan antara tanggapan dan pengamaatan. Adapun perbandingan antara tanggapan dan pengamata itu secara garis besarnya dapat diikhtisarkan sebagai berikut.
1.      Tanggapan Pengamatan
a.       Cara tersedianya objek disebut representasi Cara tersedianya objek disebut presentasi
b.      Objek tidak ada pada dirinya sendiri tetapi ada pada diri subjek yang menanggap Objek adapadadirinyasendiri
c.       Objek hanya ada dan untuk subjek yang menanggap Objek ada bagi setiap orang
d.      Terlepas dari unsur tempat, keadaan dan waktu Terikat pada tempat, keadaan dan waktu
2.      Macam-macam Tanggapan
Menurut Buku Drs. Wasty Soemanto Tanggapan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
-          Tanggapan masa lampau yang sering disebut sebagai tanggapan ingatan.
-          Tanggapan masa sekarang yang dapat disebut sebagai tanggapan imajinatif.
-          Tanggapan masa mendatang yang biasa disebut sebagai tanggapan antisipasif
-          Tanggapan erat hubungannya dengan berfungsinya ingatan, ketetapan dan kejelasan. Tanggapan tergantung pada derajat kompleksitas situmulus yang asli dan pada ketelitian pengamatan indra, serta pada faktor ingatan.
1)            Tanggapan Reproduksi
·           Suatu tanggapan dianggap sebagai reproduktif, bila tanggapan itu menunjukkan pengingatan kembali suatu benda, kejadian, atau situasi, yang memberikan suatu pengalaman sensoris atau pengamatan masa lalu. Setiap hal dari pengindraan dapat terlibat ; suatu tanggapan ingatan mungkin berupa pendengaran, penglihatan, suhu. Rasa sakit, penciuman, atau kinestesis.
·           Suatu tanggapan yang diiangat tentang pngalaman-pengalaman lalu cenderung berbeda-beda dalam kejelasannya sesuai dengan kesederhanaa nya atau kekompleksannya, dan juga sesuai dengan jumlah pengalaman mengenai situasi pengindraan yang asli. Misalnya, tanggapan uang logam lima sen akan jauh lebih jelas untuk sebagian besar orang-orang dari pada ruang tamu seorang teman.
2)            Tanggapan Imaginer
Tanggapan bukanlah selalu hanya reproduksi pengalaman-pengalaman lalu. Banyak gambaran-gambaran mental (Tanggapan) adalah hasil dari suatu syntese pengalaman-penglaman masa lalu, hal ini disebut tanggapan imaginer yang berdasar kepada penglaman-penglaman lalu, tetapi yang mengambil suatu bentuk baru dan dapat dianggap sebagai “tanggapan produktif dan kreatif
Penemuan, pembacaan hasil-hasil fiktif (khayalan dan arsitik) adalah contoh-contoh dari jenis tanggapan ini. Mimpi malam dan siang hari meliputi tanggapan reprodukti dan sintetis.
3)            Tanggapan Halusinasi
Unsur-unsur emosi mimpi menjadi faktor-faktor yang kuat dalam perkembangan halusinasi. Tanggapan halusinasi meliputi pembentukan gambaran-gambaran yang tak berhubungan dengan kenyataan tetapi yang di proyeksi kepada dunia yang nyata. Dalam bentuk-bentuk tartuntu gangguan emisional yang keras, misalnya, pasien dapat melapurkan melihat malaikat atau mendengar suara-suaranya.
4)            Tanggapan Editis
Ada sementara orang yang sudah mengamati sesuatu mendapatkan tanggapan yang sangat jelas dan ingat betul sampai mendetail.
a.      Tipe-Tipe Tanggapan
1.      Bayangan Eidentik
Bayangan Eidentik ialah tanggapan yang jelas dan hidup sehingga menyerupai pengamatan. (eidos=bayangan/areal). Bayangan Eidentik banyak terdapat pada anak-anak. Ada 2 macam tipe anak eidentik, ialah :
a.       Tipe Tetanoid atau Tipe T : Bayangan eidentik bagi tipe ini tidak lekas timbul dengan sendirinya atau ditimbulkan.
b.      Tipe Basedoid atau Tipe B : Bayangan bagi tipe ini mudah ditimbulkan secara mendadak atau spontan.
2.      Proses Pengiring
Proses pengiring ialah besar kecilnya pengaruh dari kesan-kesan yang dimiliki. Dapat dibedakan dalam 2 macam ialah :
-          Fungsi sekunder, artinya pengaruh dari kesan yag telah dimiliki besar sekali, ia sukar melupakan pengalaman-pengalaman pada masa lampau. Jadi kesan-kesan masa lampau selalu berada di ruang kesadaran, sukar dimasukan di bawah kesadaran, sukar menyesuaikan diri.
-          Fungsi primer, artinya pengaruh-pen garuh dari kesan yang telah dimiliki sejak kecil sekali. Ia mudah melupakan pengalaman masa lampau, mudah masuk kebawah sadar, mudah menyesuaikan diri. Hal ini besar pengaruhnya pada watak seseorang.
3.      Reproduksi
Reproduksi ialah kembalinya suatu tanggapan dari ruang bawah sadar ke ruang kesadaran.
Reproduksi dapat terjadi dengan alat-alat perantara atau tanpa perantara. Yang dengan perantara, misalnya karena pengaruh perkataan : kita membaca perkataan Surabaya, maka timbullah tanggapan-tanggapan tentang kebun binatang., tugu pehlawan, jembatan merah dan sebagainya. Sedang yang tanpa perantara terjadi karena kekuatan sendiri timbul di ruang kesadaran. Reproduksi ini dapat terjadi tidak dengan sengaja atau pun dengan sengaja.
4.      Asosiasi
Asosiasi, ialah ikatan antara tanggapan yang satu dengan yang lain didalam jiwa. Tanggapan yang berasosiasi ber-kecenderungan untuk memproduksi, artinya jika yang satu disadari, maka yang lain ikut disadari pula.
Asosiasi terjadi mekanis, dengan sendirinya, menurut hukum-hukum tertentu. Herbart (pendidik bahasa jerman) mengemukakan 5 hukum asosiasi yang mula-mula berasal dari Aristoteles, sebagai berikut:
a.       Hukum sama waktu atau serentak: artinya beberapa tanggapan yang dialami waktu yang sama akan bersatu dengan lainnya. Misalnya antara bentuk benda dengan namanya, dengan rasanya, dengan baunya, dengan warnanya: karena pada waktu kita mengamati bentuk benda tersebut sekaligus kita telah mendengar namanya, membau-nya, mengenyam rasanya, melihat warnanya dan sebagainya.
b.      Hukum berurutan : artinya beberapa yang kita alami berturut-turut yang satu dengan yang lain akan beasosiasi. Misalnya kakak dengan adik-adiknya, abjad a, b, c, d, dengan angka 1 2 3 4 dan sebagainya.
c.       Hukum serupa atau persamaan : artinya beberapa tanggapan yang serupa, sejenis, identik, dan sebagainya, satu dengan yang lainnya akan berasosiasi. Dengan catatan bahwa yang lama atau yang sering dialami akan dijadikan pedoman. Misalnya : seorang anak untuk pertama kali melihat harimau di kebun binatang. Ia teringat pada kucing besar.
d.      Hukum berlawanan : artinya tanggapan-tanggapan yang berlawanan satu dengan yang lainnya akan berasosiasi. Misalnya : sangat gemuk dan sangat kurus, sangat besar dengan sangat kecil, sangat tinggi dengan sangat pendek dan sebagainya.
e.       Hukum logis : atau hukum sebab akibat, artinya suatu tanggapan yang sedang kita alami akan mengingatkan kita kepada sebab-sebab atau pun akibat-akibatnya. Misalnya hujan lebat akan mengingatkan mendung dapat pula mengingatkan banjir dan sebagainya.
Oleh karena aliran ilmu jiwa modern hukum-hukum asosiasi ini disederhanakan sebagai berikut:
-          Hukum kontiuitet (berdampingan), artinya beberapa tanggapan yang dialami pada waktu yang sama atau berturut-turut.
-          Hukum persamaan atau serupa.
-          Hukum berlawanan.
5.      Apersepsi
Apersepsi (aperseption), ialah pengamatan yang dilakukan dengan sadar terhadap bahan-bahan dari luar (menurut Leibnitz).
Menurut Wundt, apersepsi ialah proses kemauan yang memimpin jalannya pekerjaan jiwa dan yang menempatkan gejala kejiwaan pada pusat kesadaran di dalam hubungan kategorial, artinya menurut jenis, golongan, dan bagian.
Tipe tanggapan menurut macam indera yang dipergunakan untuk membentuk tanggapan-tanggapan, maka dapat digolongkan dalam beberapa tipe ialah :
a.       Permata (visueel), ialah orang yang mudah memahami sesuatu yang dilihatnya.
b.      Penelinga (auditief), ialah orang yang mudah memahami sesuatu yang didengarnya.
c.       Penganggota (motoris), ialah orang yang mudah memahami sesuatu yang diikuti dengan gerakan.
d.      Peraba (tactile), ialah orang yang mudah memahami sesuatu yang dirabanya.

3.      INGATAN (MEMORI.)
Menurut Bruno, memori merupakan proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan. Memori sesungguhnya merupakan fungsi mental yang menyimpan informasi yang kita tangkap dan ia merupakan storage sistem, yakni sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat dalam otak manusia.
Menurut Best, sistem sebelum masuk dan diproses oleh subsistem akal pendek (short term memori) terlebih dahulu disimpan sesaat atau tepatnya lewat, karena hanya dalam waktu sepersekian detik, dalam tempat penyimpanan sementara yang disebut sensory memory alias sensori register yakni subsistem penyimpanan pada syaraf indera penerima informasi. Dalam dunia kedokteran subsistem ini disebut “syaraf sensori” yang berfungsi mengirimkan impuls ke otak.
Dengan demikian, struktur sistem akal manusia terdiri atas tiga subsistem, yakni: sensori register, short term memory, dan long system memory. Istilah memori dalam hal ini lazim juga disebut “storage” atau tempat penyimpanan informasi.
Ditinjau dari sudut informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori manusia itu terdiri atas dua macam.
  1. Semantic memory (memori semantik), yakni memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian.
  2. Episodic memory (memori episodik), yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
Menurut Reber, dalam memori semantik, informasi yang diterima ditransfomasikan dan diberi kode arti, lalu disimpan atas dasar arti itu. Jadi, informasi yang kita simpan tidak dalam bentuk aslinya, tetapi dalam bentuk kode yang memiliki arti. Sedangkan menurut Daehler dan Bukatko, memori episodik adalah memori yang menerima dan menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi.
Hingga kini masih sulit dipastikan bagaimana dan sejauh mana hubungan antara kedua memori tersebut. Namun, sebagian ahli memperkirakan bahwa memori episodik mungkin dapat membuka jalan penyimpanan pengetahuan yang bersifat semantik. Best berpendapat bahwa antara item pengetahuan episodik dengan item pengetahuan semantik terdapat hubungan yang memungkinkan bergabungnya item episodik dalam memori semantik. Dalam hal ini, item pengetahuan dalam memori episodik dapat diproses/dimodifikasi oleh sistem aka kita menjadi item-item yang berbentuk arti-arti sehingga memperoleh akses ke memori semantik. Di luar kemungkinan proses ini, belum ada keterangan lain yang lebih akurat mengenai cara dan sifat penggabungan antara memori episodik dengan memori semantik.
4.      FUNGSI, SIFAT, DAN JENIS MEMORI.
Secara teori dapat kita dibedakan adanya tiga aspek dalam berfungsinya ingatan itu, yaitu :
a.              mencamkan, yaitu menerima kesan-kesan;
b.              menyimpan kesan-kesan;
c.              memproduksikan kesan-kesan.
Atas dasar kenyataan inilah, maka biasanya ingatan didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan.
Pensifatan yang diberikan kepada ingatan juga lalu diberikan kepada masing-masing aspek itu. Ingatan yang baik mempunyai sifat-sifat : cepat atau mudah mencamkan, setia, teguh, luas,dalam menyimpan dan siap atau sedia dalam mereproduksikan kesan-kesan.
Ingatan cepat artinya mudah dalan mencamkan sesuatu hal dalam menjumpai kesukaran. Ingatan setia artinya apa yang telah diterima (dicamkan) itu akan disimpan sebaik-baiknya, tak kan berubah-ubah, jadi tetap cocok dengan keadaan waktu menerimanya. Ingatan teguh artinya dapat menyimpan kesan dalam waktu yang lama, tidak mudah lupa. Ingatan luas artinya dapat menyimpan banyak kesan-kesan. Ingatan siap artinya mudah dapat mereproduksi kesan yang telah disimpannya.
Atkinson dan Shiffrin (1968) mengajukan suatu teori atau model tentang pemrosesan informasi dalam otak.

5.      BERPIKIR
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak,akan tetapi pikiran manusia walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak,lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang di sebut otak.kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan kehendak dan perasaan manusia.memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada objek tertentu, menyadari kehadiranya seraya secara aktif menghadirkanya dalam pikiran kemudian mempunyai gagasan atau wawasan tentang objek tersebut.
Macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan sebagai berikut;
1)      berpikir Asosiatif,yaitu proses berpikir dimana suatu ide merangsang timbulnya suatu ide lain.jenis-jenis berpikir Asosiatif:
a.       Asosiasi bebas: suatu ide menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasannya
b.      Asosiasi terkontrol: satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu.
c.       Melamun: menghayal bebas, sebebas bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realitis
d.      Mimpi: ide-ide tentang berbagai hal,yang timbul secara tidak disadari waktu tidur.
e.       Berfikir artistik: proses berfikir yang sangat subjektiv. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar
2)      Berfikir terarah yaitu proses berfikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu, biasnya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berfikir terarah yaitu:
a.       Berfikir kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu keadaan
b.      Berfikir kreatif  yaitu berfikir  menentukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistm baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya
            Hakikat berfikir
Menurut analisis berfikir, proses berfikir itu terdiri dari keaslian, kritik, dan penerimaan atau penolakan hipotesis. Dalam pemecahan problem yang bersifat non simbolis( misalnya pemecahan teka-teki), sasaran atau kritik terhadap hipotesis dilaksanakan bersama-sama dalam perbuatan trial and eror yang bersifat terbuka. Responnya berwujud gerakan-gerakan otot besar
      Dalam pemecahan problem yang bersifat simbolis (reasoning) sasaran hipotesis berbeda dari kritiknya sasaran-sasaran itu selalu dilambangkan. Sasaran kritik itu dilambangkan oleh respon-respon yang bersifat tertutup, seperti sensasi, fantasi, bahasa, atau gerakan-gerakan kecil, kesimpulannya seseorang berfikir bukan saja dengan otaknya tetapi juga dengan seluruh tubuhnya.

6.      INTELEGENSI (KECERDASAN)
Gadner (2003) menyebutkan kecerdasan sebagai biopsikologi, artinya makhluk hidup memiliki potensi untuk menggunakan sekumpulan bakat kecerdasan bahasa. Kecerdasan bahasa bukanlah salah satu kuantitas tetap, namun melibatkan berbagai aspek. Banyak peneliti psikologi yang mempelajari intelegensi percaya adanya bukti pandangan konvensional psikometrik yang menempatkan kemampuan umum (g = general) pada puncak hierarki, kemudian abilitas di bawahnya yang lebih mengecil secara suksesif. Konstruk successfull intelegence lebih baik dalam menangkap sifat fundamental kemampuan manusia.. Sebutan intelegensi sebagai adaptasi lingkungan dan dioperasionalkan secara sempit dalam tes intelegensi kurang memadai. Sebaliknya, sebutan successfull intelegence mempertimbangkan abilitas untuk mencapai keberhasilan hidup, mempertimbangkan adanya standar personal dalam konteks sosio budaya. Abilitas orang untuk mencapai keberhasilan tergantung pada kemampuan untuk memanfaatkan kekuatan atau kelebihannya dan mengkoreksi atau mengimbangi kelemahannya melalui suatu keseimbangan kemampuan analitis, kreatif, dan praktis guna mengadaptasi, membentuk, dan menyeleksi lingkungan. Setiap orang mempunyai pola kemampuan yang berbeda sehingga dirinya akan berhasil belajar bahasa ketika cara mereka sesuai dengan pola kemampuannya.
a.      Hubungan intelegensi dan kreativitas
Berbagai study melaporkan hasil yang berbeda-beda mengenai hubungan antara kreativitas dan intelegensi. Pada intinya, penelitian itu membuktikan bahwa sampai tingkat tertentu terdapat hubungan antara intelegensi dan kreativitas.namun,menurut Getzels dan Jackson pada tingkat IQ diatas 120,hampir tidak ada hubungan antara keduanya.artinya ,orang yang IQ nya tinggi, mungkin kreativitasnya rendah, atau sebaliknya.
Selanjutnya, kedua peneliti itu membuat 4 kelompok orang,yaitu:
a)      Kreativitas rendah, intelegensi rendah
b)      Kreativitas tinggi, intelegensi tinggi
c)      Kreativitas rendah,intelegensi tinggi
d)     Kreativitas tinggi,intelegensi rendah
Intelegensi bukan suatu konstruk unitary sehingga teori-teori yang didasarkan pada sebutan intelegensi general masih belum memadai. Pola korelasi positif di antara tes abilitas mencerminkan keterbatasan interaksi di antara individu yang diuji, jenis tes yang digunakan untuk menguji, dan situasi tempat yang individu diuji.
Masalah teori-teori general-ability, Gardner (1999) mengusulkan model multiple-intellegences yang memandang intelegensi meliputi tujuh (sekarang delapan) multiple intellegences, yaitu: linguistic, logika-matematika, spatial, musical, bodily-kinetik, interpersonal, intrapersonal, dan (sekarang) naturtalistik. Gardner menambah dengan intelegensi eksistensi dan spiritual yang disebut candidate intelegen. Teori ini dapat diterapkan pada persoalan kecerdasan (aptitude) dalam belajar bahasa asing. Intelegensi linguistic dapat dimasukkan dalam pembelajaran bahasa asing. Semua bahasa memerlukan beberapa ukuran intelegensi logika-matematika, khususnya bahasa latin yang melibatkan tingkat analisis yang tinggi. Teori ini memberi kontribusi penting bagi literatur mengenai intelegensi karena memisahkan diri dari g theory. Namun teori ini masih problematik: pertama, meskipun teori ini diusulkan 20 tahun lalu namun masih belum ada studi yang dirancang untuk menghimpun bukti empiris; kedua, bukti yang mendukung interkorelasi setidaknya d iantara beberapa abilitas dalam teorinya (misal: spatial dan logika matematika) begitu membingungkan sehingga dibahas Gardner hanya dengan memberi label paper-and-pencil test sebagai hal yang kurang penting (travial); dan ketiga, kriteria yang digunakan Gardner untuk mengidentifikasikan intelegensi perlu dikaji ulang, khususnya dalam kaitannya dengan candidate intellegences.
Apakah intelegensi itu. Menurut Binet (dalam Dedy, 1982) intelegensi paling tidak memiliki tiga aspek kemampuan yaitu kemampuan untuk memecahkan suatu persoalan, kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap pemecahan masalah, dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Intelegensi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Intelegensi yang dibutuhkan dalam mencapai keberhasilan hidup dan belajar bahasa asing meliputi aspek analitis, kreatif, dan praktis. Menurut usulan teori intelegensi manusia dan perkembangannya (Sternberg 1997) sejumlah proses umum mendasari tiga aspek intelegensi: meta komponen atau proses eksekutif, merencanakan apa yang harus dilakukan, memonitor hal-hal ketika sedang berbuat, dan mengevaluasi hal-hal setelah menyelesaikan pekerjaan. Contoh meta komponen; seorang pembelajar bahasa asing dalam pelajaran pengantar harus menentukan apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, bagaimana menguji pengetahuannya, dsb. Intelegensi analitik terlibat ketika komponen-komponen intelegensi diterapkan untuk menganalisis, mengevaluasi, menentukan, atau membandingkan dan membedakan.
Intelegensi kreatif diperlukan apabila muncul masalah baru. Menurut teori seccesfull inteligen, intelegensi kreatif diukur dengan kemampuan untuk menilai masalah, yaitu seberapa baik individu dalam menghadapi masalah yang relatif baru (baik yang bersifat convergen atau divergen). Penelitian kreativitas menunjukkan sejumlah perbedaan dan perkembangan individu: 1) Seberapa jauh pemikiran individu bersifat baru? 2) Apa mutu pemikiran baru? dan 3) Seberapa jauh pemikiran individu memenuhi tuntutan tugas? Skill berfikir kreatif dapat diajarkan.
Intelegensi praktis melibatkan individu untuk menerapkan kemampuannya menghadapi berbagai macam masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti masalah di rumah atau di tempat kerja. Intelegensi praktis meliputi penerapan komponen-komponen intelegensi terhadap pengalaman untuk: (a) beradaptasi, (b) membentuk, dan (c) menyeleksi lingkungan. Adaptasi terlibat ketika orang mengubah dirinya untuk menyesuaikan dengan lingkungan. Banyak upaya intelegensi praktis berpusat pada konsep pengetahuan yang tidak diucapkan (Tacit Knowladge) (yaitu pengetahuan yang dibutuhkan orang agar dapat bekerja secara efektif dalam suatu lingkungan yang tidak diajarkan secara eksplisit dan sering tidak bersifat verbal: Sternberg 1986). Tacit knowledge dapat dihadirkan dalam bentuk sistem produksi, atau sekuensi statemen “jika-maka” yang menjabarkan produser yang diikuti orang dalam bermacam situasi sehari-hari. Umumnya, tacit knowledge diukur dengan menggunakan masalah yang berkaitan dengan upaya mengatasi masalah. Intelegensi yang terjelma dalam tacit knowledge meningkat seiring dengan bertambahnya pengalaman. Skill intelegensi dapat diajarkan melalui program pengajaran skill intelektual praktis.
b.      Evaluasi Perkembangan Teori Intelegensi
Faktor-faktor akademik. Banyak psikolog yang disebutkan dalam buku mengenai faktor g menerima model konvensional dan tes intelegensi. Mengapa mereka mendukung teori dan tes tersebut jika data tidak mendukungnya? Jawabannya tergantung pada data yang terpilih. Terdapat banyak bukti bahwa:
a)      Tes intelegensi konvensional menghasilkan faktor umum dan
b)      Tes tersebut memprediksi banyak variasi hasilnya di sekolah, tempat kerja, dan dalam aspek lain kehidupan orang di sekolah, di tempat kerja, dll. Namun faktor general hanya bersifat general dalam kaitannya dengan aspek akademik atau analitik intelegensi. Ketika kita memasukkan abilitas kreatif dan praktis dalam penilaian, faktor umum hilang. Argumen ini menyatakan bahwa tes konvensional kurang sempurna. Di bidang intelegensi masih perlu banyak diteliti untuk menguji generalisasi tsb.
Faktor-faktor societal. Mengapa tes konvensional cukup lama dipertahankan? Terdapat beberapa alasan. Pertama, tes konvensional telah siap ada untuk: (a) gangguan mental, (b) kelemahan dalam belajar, (c) memasuki sekolah swasta, (d) memasuki college, (e) memasuki sekolah professional dan sekolah graduate, dan penggunaan lainnya. Kedua, training dalam penggunaan tes tradisional cukup mudah karena diberikan secara turun-temurun. Ketiga, jenis skill yang diukur oleh tes konvensional menjadi bahan bagi prestasi sekolah.
Sistem tertutup. Menurut Herrnstein dan Murray (1994), dalam tes konvensional intelegensi disebutkan bahwa sekitar 10% variasi rata-rata dalam berbagai macam hasil yang ada dalam dunia nyata. Gambaran tersebut menyatakan bahwa terdapat banyak orang yang mampu terabaikan karena berbagai abilitas yang dimilikinya (meskipun penting bagi performa kerja) tidak cukup penting bagi performan tes. Misalnya, jenis skill kreatif dan praktis yang menjadi salah satu kunci (matter) keberhasilan kerja umumnya tidak diukur pada tes yang digunakan untuk ujian masuk. Sistem tertutup dapat dikonstruksi untuk menilai hampir seluruh kumpulan atribut apapun. Di sebagian masyarakat, sistem kasta masih digunakan. Para anggota kasta tertentu dimungkinkan untuk naik kasta di atasnya sedangkan kasta lain tidak dapat.

PENUTUP

Kesimpulan
Perbedaan individual dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya pengamatan (persepsi), tanggapan (appersepsi), ingatan (memory), berpikir dan, intelegensi. dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa setiap manusia mempunyai pemikiran yang berbeda tentang pengamatan, tanggapan, ingatan,cara berpikir dan intelegensi serta mereka memiliki cara-cara tersendiri dalam memajukan atau mengoptimalkan semua itu.
           
DAFTAR PUSTAKA

1.      http//www.tanggapan individual.co.id (diakses tgl 1, jam 13.01)
2.      Sobur, Alex,Psikolog umum dalam lintasan sejarah,Pustaka Setia,Bandung 2003.
3.      Rianti, Dwi,Psikologi Umum 2,Gunadarma, Jakarta,1998.
4.      http//www.perbedaan individual.co.id(diakses tgl 1,jam 13.02)
5.      http//www.cara mengoptimalkan ingatan.co.id(diakses tgl 31,jam 23.00)

No comments:

Post a Comment

Adbox