Mata Kuliah Ulumul Qur'an
BAB
1
ULUMUL
QURAN
- PENGERTIAN
ULUMUL QURAN
Kata u`lum jamak dari kata i`lmu.
i`lmu berarti al-fahmu wal idraak (faham dan menguasai). Kemudian arti kata ini
berubah menjadi permasalahan yang beraneka ragam yang disusun secara ilmiah.
Jadi,
yang dimaksud dengan u`luumul qu`ran
ialah ilmu yang membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan Al-Quran dari
segi asbaabu nuzuul."sebab-sebab turunnya al-qur`an", pengumpulan dan
penertiban Qur`an, pengetahuan tentang surah-surah Mekah dan Madinah,An-Nasikh
wal mansukh, Al-Muhkam wal Mutasyaabih dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan Qur`an.
- SEJARAH
& PERKEMBANGAN ULUMUL QURAN :
Sejarah perkembangan ulumul quran
dimulai menjadi beberapa fase, dimana tiap-tiap fase menjadi dasar bagi
perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga ulumul quran menjadi sebuah ilmu
khusus yang dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut beberapa fase /
tahapan perkembangan ulumul quran.
- ULUMUL
QURAN pada MASA RASULULLAH SAW
Embrio awal ulumul quran pada
masa ini berupa penafsiran ayat Al-Quran langsung dari Rasulullah SAW kepada
para sahabat, begitu pula dengan antusiasime para sahabat dalam bertanya
tentang makna suatu ayat, menghafalkan dan mempelajari hukum-hukumnya.
- Rasulullah
SAW menafsirkan kepada sahabat beberapa ayat.
Dari
Uqbah bin Amir ia berkata : " aku
pernah mendengar Rasulullah SAW berkata diatas mimbar, "dan siapkan untuk
menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi (Anfal :60 ), ingatlah bahwa
kekuatan disini adalah memanah" (HR Muslim)
- Antusiasme
sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Quran.
Diriwayatkan
dari Abu Abdurrrahman as-sulami, ia mengatakan : " mereka yang membacakan qur'an kepada kami, seperti Ustman bin Affan dan
Abdullah bin Mas'ud serta yang lain menceritakan, bahwa mereka bila belajar
dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak melanjutkannya, sebelum mengamalkan ilmu
dan amal yang ada didalamnya, mereka berkata 'kami mempelajari qur'an berikut
ilmu dan amalnya sekaligus.'"
- Larangan
Rasulullah SAW untuk menulis selain qur'an, sebagai upaya menjaga
kemurnian AlQuran.
Dari
Abu Saad al- Khudri, bahwa Rasulullah SAW berkata: Janganlah kamu tulis dari aku; barang siapa menuliskan aku selain
qur'an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa yang dariku, dan itu tiada
halangan baginya, dan barang siapa sengaja berdusta atas namaku, ia akan
menempati tempatnya di api neraka."(HR Muslim)
- ULUMUL
QURAN MASA KHALIFAH
Pada masa khalifah, tahapan
perkembangan awal (embrio) ulumul quran mulai berkembang pesat, diantaranya
dengan kebijakan-kebijakan para khalifah sebagaimana berikut :
- Khalifah
Abu Bakar
:dengan Kebijakan Pengumpulan/Penulisan Al-Quran yg pertama yang
diprakarsai oleh Umar bin Khottob dan dipegang oleh Zaid bin Tsabit
- Kekhalifahan
Usman Ra : dengan kebijakan menyatukan kaum
muslimin pada satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut
mushaf Imam. Salinan-salinan mushaf ini juga dikirimkan ke beberapa
propinsi. Penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-Rosmul 'Usmani yaitu
dinisbahkan kepada Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil Qur'an.
- kekalifahan
Ali Ra :dengan kebijakan perintahnya
kepada Abu 'aswad Ad-Du'ali
meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan
memberikan ketentuan harakat pada qur'an. Ini juga disebut sebagai
permulaan Ilmu I'rabil Qur'an.
- ULUMUL
QURAN MASA SAHABAT & TABI'IN
Peranan Sahabat dalam Penafsiran
Al-Quran & Tokoh-tokohnya.
Para
sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan makna-makna
al-qur'an dan penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka, sesuai dengan
kemampuan mereka yang berbeda-beda dalam memahami dan karena adanya perbedaan
lama dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah SAW , hal demikian diteruskan
oleh murid-murid mereka , yaitu para tabi'in.
Diantara para Mufasir yang
termashur dari para sahabat adalah:
- Empat
orang Khalifah ( Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali )
- Ibnu Masud,
- Ibnu
Abbas,
- Ubai
bin Kaab,
- Zaid
bin sabit,
- Abu
Musa al-Asy'ari dan
- Abdullah
bin Zubair.
AL-QUR'AN
1.
PENGERTIAN / DEFINISI AL-QURAN
Pengertian
Al-Quran meliputi dua hal, yaitu secara bahasa dan secara istilah,
masing-masing sbb: a. Pengertian Al-Quran secara bahasa
Berasal
dari Lafadzh Qara`a mempunyai arti
mengumpulkan dan menghimpun, dan qira`ah berarti menghimpun
huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih. Qur`anah berarti qiraatun (bacaannya/cara membacanya).
b. Pengertian Al-Quran secara Istilah
1.
Definisi`kalam`(ucapan)
merupakan kelompok jenis yang meliputi segala kalam. Dan dengan
menghubungkannya dengan Allah ( kalamullah ) berarti tidak semua masuk dalam
kalam manusia, jin dan malaikat.
2.
Batasan
dengan kata-kata (almunazzal)`yang diturunkan` maka tidak termasuk kalam Allah
yang sudah khusus menjadi milik-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah
:`Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi
tinta untuk kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis
kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu `.(al-Kahfi:
109).
3.
Batasan
dengan definisi hanya `kepada Muhammad saw` Tidak termasuk yang diturunkan
kepada nabi-nabi sebelumnya seperti taurat, injil dan yang lain.
4.
Sedangkan
batasan (al-muta'abbad bi tilawatihi)
`yang pembacanya merupakan suatu ibadah` mengecualikan hadis ahad dan
hadis-hadis qudsi .
Ø Definisi
Al-Qur’an lebih lengkapnya yaitu
Ø Kallamullah / firman Allah / wahyu Allah yang
mengandung nilai mu’jizat yang di turunkan kepada Nabi Muhammad dengan
perantara Malaikat Jibril yang sampai pada kita dengan jalan mutawatir yang
membaca mempunyai nilai ibadah tertulis pada mushaf dimulai dengan surat
Al-Fatihah dan di akhiri surat An-Nas.
2.
TAHAPAN TURUNNYA AL-QURAN
Allah
SWT menjelaskan secara umum tentang turunnya Al-Quran dalam tiga tempat dalam
Al-Quran, masing-masing :
a)
Al-Quran
diturunkan pada bulan Ramadhan
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ
Bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur`an
( al-Baqarah: 185 ).
b)
Al-Quran
diturunkan pada malam Lailatul Qadar
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya pada malam lailatul qadar.`
( al-Qadr : 1 )
c)
Al-Quran
diturunkan pada malam yang diberkahi
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya ( Qur`an ) pada malam yang diberkahi.`
(QS ad-Dhukhan: 3 ).
Ketiga
ayat diatas tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah malam
lailatul qadar dalam bulan ramadhan. Tetapi lahir ( zahir ) ayat-ayat itu
bertentangan dengan kehidupan nyata Rasulullah SAW , dimana Qur`an turun
kepadanya selama dua puluh tiga tahun.
3. Mu’jizat
Al-Qur’an:
1. menerima tantangan atau di tantang
kepada orang kafir
2. sedangkan bagi kita : Al-Qur’an :
a.
Kemukjizatan
ilmiah,isyarat-isyarat yang ada sampai sekarang
b.
Kemu’jizatan
segi ringtonenya Al-Qur’an jika dibaca dalam segi apapun ,apalagi bisa memahami
perintahnya / larangannya / maknanya terasa tenang / sejuk di hati
4.HIKMAH
TURUNNYA QUR`AN SECARA BERTAHAP
a)
Menguatkan
atau meneguhkan hati Rasulullah SAW .
b)
Menjawab
Tantangan dan sekaligus Mukjizat.
c)
Mempermudah
Hafalan dan Pemahamannya.
d)
Kesesuaian
dengan Peristiwa-peristiwa Pentahapan dalam Penetapan Hukum.
e)
Bukti
Yang Pasti Bahwa Al-Quran Al-Karim Diturunkan Dari Sisi Yang Maha Bijaksana dan
Maha Terpuji.
WAHYU
1.PENGERTIAN
WAHYU
a.Pengertian
Wahyu secara Bahasa
Dikatakan wahaitu ilaih dan auhaitu, bila kita berbicara kepadanya agar tidak diketahui orang
lain. Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu terjadi melalui pembicaran yang
berupa rumus dan lambang, dan terkadang melalui suara semata, dan terkadang
pula melalui isyarat dengan sebagian anggota badan.
Al-wahy atau wahyu adalah kata masdar (
infinitif ); dan materi kata itu menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu ;
tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu maka dikatakan bahwa wahyu adalah : pemberitahuan
secara tersembunyi dan cepat dan khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu
tanpa diketahui orang lain.
Malaikat
Jibril menyampaikan wahyu melalui ilham (petunjuk).
b.Pengertian
Wahyu dalam Istilah mempunyai beberapa arti
·
Bisa
bermakna ilham,sesuatu yang fitri yang di berikan kepada Allah yang berwujud
manusia.
·
Insting
; pemberian Allah yang di berikan kepada Mahluk-Nya baik manusia ataupun
hewan.Naluri seorang ibu berbeda dengan ayah : Ibu (Perasaan ),Ayah ( Akal ).
·
Bisikan
; kejahatan syaitan yang di bumbui dengan tanpak indah di hati manusi.
·
Perintah
; Tuhan kepada Malaikat untuk melaksanakan perintah-Nya.Malaikat tidak
membangkang segala perintah Allah.
3.
CARA WAHYU TURUN
a.Cara di turunkan PADA MALAIKAT
Didalam Al- Quranul Karim
terdapat nash mengenai kalam Allah kepada para malaikatnya : diantaranya :
1)
`Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: `Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.` Mereka berkata: `Mengapa Engkau hendak
menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya .`( al-Baqarah
: 30 ).
2)
Juga
terdapat nash tentang wahyu Allah kepada mereka : `Ketika Tuhanmu mewahyukan
kepada para malaikat : `Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan orang-orang
yang telah beriman`.( al-Anfal : 12 ).
3)
Disamping
itu ada pula nash tentang para malaikat yang mengurus urusan dunia menurut
perintah-Nya. `Demi malaikat yang mebagi-bagi urusan.`( ad-dzariyat : 4 ).
Nash-nash diatas dengan tegas
menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada para malaikat tanpa perantaraan dan
dengan pembicaraan yang dipahami oleh para malaikat itu. Hal itu diperkuat oleh
hadis dari Nawas bin Sam`an r.a yang mengatakan :
Rasulullah SAW berkata :
`Apabila
Allah hendak memberikan wahyu mengenai suatu urusan, Dia berbicara melalui
wahyu; maka langitpun tergetarlah dengan getaran- atau Dia mengatakan dengan
goncangan-yang dahsyat karena takut kepada Allah Azza wa jalla. Apa bila
penghuni langit mendengar hal itu, maka pingsan dan bersujudlah mereka itu
kepada Allah. Yang pertama sekali mengangkat muka diantara mereka itu adalah
jibril, maka Allah membicarakan wahyu itu, kepada jibril menurut apa yang
dikehendaki-Nya. Kemudian jibril berjalan melintasi para malikat, setiap kali
dia melalui satu langit, maka bertanyalah kepadanya malaikat langit itu; apa
yang telah dikatakan oleh Tuhan kita wahai jibril ? jibril menjawab : Dia
mengatakan yang hak. Dan Dialah yang maha tinggi lagi Maha Besar. Para
malikatpun mengatakan seperti apa yang dikatakan jibril. Lalu jibril
menyampaikan wahyu itu seperti apa yang diperintahkan Allah azza wajalla.`
b.CARA WAHYU ALLAH TURUN KEPADA PARA RASUL
Allah memberikan wahyu kepada
para rasul-Nya ada yang melalui perantaraan dan ada yang tidak.
CARA
PERTAMA MELALUI PERANTARA YAITU:
1.
Mimpi
yang benar di dalam tidur
Mimpi yang benar itu tidaklah khusus bagi para
rasul saja, mimpi yag demikian itu tetap ada pada kaum mukminin, sekalipun
mimpi itu bukan wahyu.hal itu seperti dikatakan oleh Rasulullah SAW : `Wahyu telah terputus, tetapi berita-berita
gembira tetap ada, yaitu mimpi orang mukmin.`
Mimpi
yang benar bagi para nabi diwaktu tidur itu merupakan bagian pertama dari
sekian macam cara Allah berbicara seperti yang disebutkan didalam firman- Nya:
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ
اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ
بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
`Dan
tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus
seorang utusan lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.`(as-Syuraa
: 51 ).
2.
Kalam ilahi dari balik tabir tanpa melalui
perantara.
Yang demikian itu terjadi pada
Nabi Musa a.s. Sebagaimana firman Allah SWT :
لَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا
وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ
Artinya :Dan tatkala Musa datang untuk pada waktu yang telah Kami tentukan dan
Tuhan telah berfirman kepadanya, berkatalah Musa: `Ya Tuhanku, nampakkanlah
kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau`.( al-Araaf : 143 ).
Demikian
pula menurut pendapat yang paling sah, Allah pun telah berbicara secara
langsung kepada Rasul kita Muhammad saw. Pada malam isra` dan mi`raj. Yang
demikian ini yang termasuk bagian kedua dari apa yang disebutkan oleh ayat
diatas ( atau dari balik tabir ).
CARA
KEDUA MELALUI PERANTARAAN MALAIKAT
Ada dua cara penyampaian wahyu
oleh malaikat kepada Rasul :
1)
Cara pertama
: Datang kepadanya suara seperti dencingan lonceng dan suara yang amat kuat
yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga ia dengan segala
kekuatannya siap menerima pengaruh itu. Cara ini yang paling berat baat Rasul.
Apa bila wahyu yang turun kepada
Rasulullah SAW dengan cara ini maka ia mengumpulkan semua kekuatan kesadarannya
untuk menerima, menghafal dan memahaminya. Dan mungkin suara itu sekali suara
kepakan sayap-sayap malaikat, seperti diisyaratkan didalam hadis .
2)
Cara kedua : Malaikat menjelma
kepada rasul sebagai seorang laki-laki dalam bentuk manusia. Cara ini lebih
ringan dari pada yang sebelumnya. Karena ada kesesuaian antara pembicara dan
pendengar. Rasul meraa senang sekali mendengar dari utusan pembawa wahyu itu.
Karena merasa seperti manusia yang berhadapan saudaranya sendiri.
Keduanya
cara di atas disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan dari Aisyah Ummul
Mu`minin r.a bahwa haris bin Hisyam r.a bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai
hal itu dan jawab Nabi : ` Kadang-kadang
ia datang kepadaku bagaikan dencingan lonceng, dan itulah yang paling berat
bagiku, lalu ia pergi, dan aku telah menyadari apa yang dikatakannya. Dan
terkadang malaikat menjelma kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu dia
berbicara kepadaku, dan akupun memahami apa yang ia katakan`.
Aisyah
juga meriwayatkan apa yang dialami Rasulullah SAW berupa kepayahan , dia
berkata : `Aku pernah melihatnya tatkala
wahyu sedang turun kepadanya pada suatu hari yang amat dingin, lalu malaikat
itu pergi. Sedang keringatpun mengucur dari dahi Rasulullah`.
No comments:
Post a Comment