Pelajaran PKN
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Pendahuluan
Nasionalisme
adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara
(dalam bahasa inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep
identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Para
nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran
politik" (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu
"identitas budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran
politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.
Ikatan
nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot.
Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu
dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat
berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup
dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang
notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan inipun tampak pula dalam dunia hewan saat
ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu negeri.
Namun, bila suasanya aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri
itu, sirnalah kekuatan ini.
Dalam
zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan
yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang
dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan penyelidikan
mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasional sosialisme,
pengasingan dan sebagainya.
B.
Latar
belakang Masalah
Tak
pelak lagi, Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami suatu krisis secara
fundamental dan menyeluruh. Banyaknya masalah yang berupa Ancaman, Hambatan,
Tantangan dan Gangguan (AGHT) yang dihadapi Indonesia datang bertubi-tubi
secara dengan derasnya. Ditambah lagi masalah-masalah bencana alam yang memang
sudah menjadi bagian dari alam Indonesia yang memang akhir-akhir ini tak ramah
dan mungkin yang terakhir yang cukup menganggu yakni masalah internasional
dengan negara-negara tetangga hingga berujung buruknya perseprsi Indonesia di
mata internasional.
Lalu
ada apa dengan Indonesia sebenarnya. Masalah utama memang tampak berada di
permukaan tapi sebetulnya masalah yang benar-benar besar ada pada moral
nasionalisme masyarakat Indonesia yang begitu remuk. Hal ini diibaratkan jika
Indonesia adalah sebuah kapal besar yang sedang mengarungi samudera nan luas,
lalu kapal Indonesia bocor dan air laut masuk hingga kapal terancam karam,
tetapi sebagai awak kapal serta anak buah kapal yang mengetahui kejadian ini
malah tunggang langgang berlari dan keluar dari kapal bukannya saling membantu
gotong royong untuk memperbaiki kapal sehingga mampu melaju lagi diatas
samudera. Hal inilah yang menjadi hambatan besar yaitu yang berasal dari dalam
Indonesia itu sendiri, bahkan lebih dalam lagi yakni hati nurani setiap warga
negara Indonesia.
Apa
pasalnya sehingga banyak manusia Indonesia yang memikirkan untuk meninggalkan
Indonesia jauh ke negeri lain padahal Indonesia sedang dalam keadaan diambang
kehancuran? Tak lain yaitu masalah kepercayaan dan kesetiaan. Satu sisi dari
pemerintah Indonesia tidak memberikan suatu kepercayaan bagi seluruh rakyatnya
dengan begitu banyaknya menghancurkan dan menyia-nyiakan amanah yang diberikan
rakyat kepada para pemimpin bangsa. Banyaknya terjadi kebobrokan dalam aparat
pemerintah, korupsi yang menggila, kelambatan dan ketidak-seriusan dalam
menangani masalah hingga penegakan hukum yang menyimpang antara hukum dengan
implementasinya di lapangan membuat itu semua menghancurkan hati
rakyat-rakyatnya. Sisi kedua yakni para rakyat sendiri yang tidak pernah merasa
puas dengan keadaan di Indonesia dan selalu melihat 'rumput tetangga lebih
hijau daripada rumput sendiri' sehingga membunuh rasa nasionalisme itu sendiri
dan akhirnya berujung pada keinginan untuk mencari hidup di negara lain dan mulai
menumbuhkan rasa ketidak cintaannya terhadap Indonesia. Orang pada sisi kedua
ini biasanya sama sekali tidak pernah merasa bangga karena ia menjadi warga
Indonesia. Manusia dengan klasifikasi seperti ini mempunyai ketiadaan moralitas
akan nasionalisme dan akhirnya mempunyai sikap yang tidak setia terhadap bangsa
dan negaranya.
Tapi
apakah benar dengan minimnya moralitas bangsa akan nasionalisme dapat menjadi
suatu indirect threat dan bumerang buruk bagi suatu bangsa?
Dengan
meyakini bahwa Pancasila sebagai landasan dasar falsafah hidup bernegara di
Indonesia dan tetap menjunjung tinggi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai suatu
konstitusi, maka sudah sepatutnya masyarakat Indonesia merasa bangga akan
negaranya, akan bangsanya, akan bahasanya, akan budayanya dan segala kekayaan
yang melimpah yang telah diberikan Tuhan kepada bumi Indonesia bukan malah
membenci atau 'mengkhianati' Indonesia. Saya meyakini dengan benar dan sejalan
dengan pendapat Ir. Soekarno bahwa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka harus
menjalankan prinsip Berdikari (Berdiri diatas kaki sendiri) dan memegang
teguh doktrin Indonesian Way. Dengan adanya prinsip Berdikari maka akan
menjadikan Indonesia lebih kuat dari dalam dan tidak tergantung dari
'belas-kasihan' negara-negara yang notabene sebagai neo-colonialism dan
apabila hal itu telah terlaksana dan tercapai maka akan sampailah Indonesia ke
depan pintu gerbang kebesaran dan kejayaan bangsa. Untuk itu suatu moralitas
nasionalis sangat diperlukan guna menyongsong kejayaan Indonesia, meski rasa
nasionalisme yang berlebihan juga dapat menjadi batu sandungan. Tapi yakinlah
bahwa sekarang ini masyarakat Indonesia sama sekali tidak berada pada
nasionalisme yang berlebihan layaknya rakyat Korea Utara tapi menjadi salah
satu titik nasionalisme terendah dalam sejarah hidupnya bangsa Indonesia.
Lalu
apa pemecahan terbaik untuk menumbuhkan rasa nasionalisme? Jawabnya yaitu hanya
diri sendiri setiap insan manusia Indonesia yang mengetahui. Rasa nasionalisme
tidak bisa diajarkan juga ditularkan, sekuat apapun kita mempengaruhi orang
lain rasa nasionalisme tidak akan tertular bila diri sendiri sudah mencegahnya,
semuanya harus lahir dari diri sendiri. Teringat akan suatu adagium melegenda
yaitu "Jangan bertanya apa yang Indonesia berikan untuk kita, tapi apa
yang kau bisa berikan buat Indonesia."
BAB II
PEMBAHASAN
Seiring berjalannya waktu mulai dari kemerdekaan
Indonesia sampai sekarang banyak hal yang terjadi mulai dari hilangnya seorang
figure yang dapat dijadikan pegangan bagi warga negara Indonesia, krisis
ekonomi, krisis moral, korupsi, dan masih banyak lagi. Tetapi di sini kita akan
membahas tentang krisis moral. Ada beberapa hal yang menyebabkan degradasi
nasionalisme terutama masalah moral,yaitu :
A. Pengaruh
Budaya Luar
Banyak
anak muda sekarang, meniru budaya orang lain. Padahal belum tentu budaya
tersebut cocok dengan karakter bangsa kita. Banyak anak sekarang yang memiliki
moral kurang baik. Moral adalah manusia yang memiliki sifat positif, sedangkan
kebalikannya adalah amoral. Kita lihat anak sekarang berani membantah orang
tua, berkata kasar kepada teman atau orang tua, berperilaku kasar, anak muda
sekarang banyak yang melakukan freesex. Dan banyak anak muda sekarang tidak
bisa menyaring budaya orang lain / bangsa lain. Maka dapat diketahui bahwa
salah satu faktor rusaknya moral bangsa adalah pengaruh dari budaya orang lain
yang tidak biasa kita saring, padahal belum tentu budaya tersebut cocok dengan
karakter bangsa kita.
Pengaruh
budaya lain sangat baik untuk bangsa kita namun pengaruh tersebut harus kita
saring yang mana yang baik dan buruk. Lalu apakah mereka tidak bisa menyaring
pengaruh budaya tersebut? Ya, bagi mereka yang terpenting itu baik menurut
mereka, padahal sebenarnya itu buruk bagi mereka. Mereka telah membuang
jauh-jauh pendidikan islam dan memilih suatu hal yang baik menurut mereka.
Menurut mereka itu baik padahal itu tidak baik. Bagaimana mereka bisa
berpendapat bahwa hal tersebut baik? Karena kurangnya pendidikan islam, orang
tua sangat berpengaruh dalam hal ini, selain orang tua hal lain yang
berpengaruh adalah dari pergaulan. Pergaulan yang baik, maka kita menjadi baik.
Pergaulan buruk maka kita akan menjadi buruk.
Moral
anak bangsa kita sangat jatuh, ini terlihat dari banyak anak-anak yang berani
membantah orang tua, berperilaku curang, berkata kasar, dan lain sebagainya.
Moral bangsa kita sangat jatuh terlihat banyaknya korupsi, kecurangan, dan lain
sebagainya. Contohnya dalam tes CPNS saja banyak orang yang pintar tapi tidak
bisa menjadi PNS tapi amat disayangkan malah orang kaya yang menjadi PNS.
Apakah hanya orang kaya yang berkuasa? Tentu tidak jika kita bisa memperbaiki
moral generasi bangsa kedepan.
Faktor
utama yang paling menentukan terwujudnya moral anak bangsa yang baik adalah
dari orang tua. Banyak orang tua yang tidak peduli kepada anak-anak nya atau
tidak berperilaku adil kepada anak-anak nya. Contohnya, dalam penentuan jurusan
di SMA, banyaknya orang tua yang memaksakan anaknya untuk memasuki jurusan yang
tidak diinginkan oleh anaknya dan dilihat dari kemampuannya si anak tidak
merasa mampu. Hal ini bisa membuat anak tertekan dan membuat moral anak menjadi
terganggu.
B. Faktor
Pendidikan
Faktor
berikutnya yang berpengaruh adalah pentingnya pendidikan, baik disekolah maupun
dimana saja. Apabila anak dididik tidak baik maka menjadi tidak baik begitu
sebaliknya. Timbulnya moral yang tidak baik adalah timbulnya ketidak adilan
kepada pendidik. Contohnya, guru yang memberikan pertanyaan hanya kepada orang
yang pintar saja sedangkan orang yang kurang pintar tidak diperhatikan
sama-sekali. Ini bisa membuat si kurang pintar menjadi iri dan tertekan karena
si pendidik itu tidak adil terhadap peserta didiknya.
Pendidikan
sangat penting untuk mewujudkan moral anak bangsa yang baik, dimana kita
mengajarkan untuk menaati hukum, menjalankan syari'at Islam, tidak korupsi,
tidak berkata kasar, tidak asal-asalan, memilah-milah budaya, dan lain
sebagainya. Dan ini yang harus di tanamkan pada setiap anak bangsa, tidak hanya
dilihat dan dimengerti tetapi harus dilakukan.
Semakin
banyaknya prilaku tidak bermoral yang dilakukan oleh anak-anak maupun anak muda
memberikan tantangan kepada orang tua dan para pendidik akan hal ini. Kita
tidak bisa menganggap remeh perilaku anak-anak yang suka bermain curang,
berkata kasar kepada orang tua, dan anak muda yang suka menonton film porno.
Kenapa anak memiliki moral yang tidal baik salah satunya adalah tiga faktor
tadi, keluarga, pendidikan, dan pergaulan yang kurang baik.
Pendidikan
nasional saat ini telah menyampingkan banyak hal, buktinya banyak pejabat yang
korupsi, freesex, kekerasan dan lain sebagainya.
Kalau
kita ingin memiliki generasi penerus bangsa yang bermoral, jujur, amanah dan
bertanggung jawab di mulai dari orang tua, para pedidik, atau para pejabat yang
memberikan contoh kepada generasi muda untuk tidak melakukan korupsi, bersikap
amanah, tidak berkata kasar dan lain sebagainya. Dan mementingkan bangsa bukan
kepentingan pribadi atau kelompok.
Para
pejabat memulai untuk memberikan contoh yang baik, tidak korupsi, menjadi orang
yang amanah, dan lain sebagainya. Agar para generasi muda bisa mencontoh hal
tersebut dan korupsi pun tidak akan ada di Indonesia jika semua penduduknya
memiliki moral. Yang jadi masalah bagaimana membuat penduduk Indonesia ini
memiliki moral?
Mari
kita berbenah diri untuk memberikan contoh kepada generasi muda agar memiliki
moral yang baik, tidak hanya mengajarkan / menyuruh untuk berperilaku jujur,
amanah, dan lain sebagainya, tapi kita harus melakukan apa yang kita ajarkan.
Apabila kita mengajarkan untuk berperilaku jujur, maka kita juga harus
berperilaku jujur, jangan hanya omongnya saja tapi tindakan yang kita lakukan
untuk memberikan contoh kepada generasi muda sangat sedikit.
Dengan
tindakan kita bisa membuat anak bangsa memiliki moral yang baik, mulailah dari
kita untuk melakukan-nya, jangan menunggu orang lain yang tidak akan pernah
melakukannya, kalau bukan kita siapa lagi?
C.
Faktor Media Massa
Tak
bisa dipungkiri lagi bahwa media (koran, majalah, televisi, internet, dsb)
mempunyai andil (baca: pengaruh) yang sangat besar dalam sebuah komunitas,
sebuah bangsa, dan sebuah peradaban. Media mampu membentuk opini, mengubah
persepsi, sampai akhirnya dapat membentuk kepribadian seseorang. Siapa
menguasai media, dialah pemenangnya. Bahkan Napoleon Bonaparte menyatakan
bahwasanya Napoleon lebih takut pada goresan pena (tulisan) daripada 1000
pasukan musuh. Unit kegiatan jurnalistik siswa SMA saya saja, mempunyai jargon
yang cukup mengerikan, "The World is Ruled by News," bagaimana dunia
dapat diatur oleh berita/media. Bagai pisau tajam bermata dua, media bisa
membangun sebuah bangsa, bisa juga malah menghancurkannya. Sekarang
pertanyaannya, media seperti apa yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia, dalam
rangka pembenahan (maaf) kebrobrokan bangsa ini. Pertanyaan itulah yang dicoba
dijawab dalam seminar nasional bertajuk "Rekonstruksi Moral Bangsa Melalui
Media" yang diadakan oleh Panitia Ramadhan di Kampus (RDK) Jama'ah
Shalahuddin Masjid Kampus UGM Jogja, Sabtu 29 September 2007, bertempat di UGM
University Center.
Panitia
menghadirkan sejumlah pembicara/lembaga nasional yang memang berkompeten dalam
hal media. Sebut saja ada perwakilan dari Depkominfo RI, Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI), Komisi I DPR RI, redaksi Solo Pos, dan sejumlah pengamat media
maupun pakar komunikasi. Menarik mengamati para pemateri dalam seminar
tersebut, dan dapat disimpulkan memang begitu rumitnya problematika bangsa
Indonesia, bahkan hanya dalam bidang media sekalipun. Berikut ini pelajaran
yang bisa kita ambil dalam seminar tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebenarnya
masih banyak faktor-faktor yang lain, akan tetapi tidak ada gunanya jikalau
kita hanya mengumbar-umbar masalah bangsa dan tidak memberikan solusinya.
Berikut solusi mengenai degradasi nasionalisme khususnya tentang turunnya dan
rendahnya moral bangsa Indonesia :
·
Lebih
memperketat dalam sensor penyiaran televisi karena acara televisi juga dapat mempengaruhi
moral para penonton.
·
Menambah
mata pelajaran budi pekerti di sekolah agar anak terbiasa dan senantiasa terbiasa
dengan hal-hal yang baik.
·
Memperbanyak
wadah atau tempat rehabilitasi bagi para pecandu narkoba agar mereka kembali ke
jalan yang benar.
·
Mencegah
beredarnya VCD/DVD porno yang banyak beredar di kalangan masyarakat.
·
Perhatian
penuh dari orang tua agar anak senantiasa merasa bahwa dirinya diperhatikan
oleh kedua orang tuanya.
Marilah
kita jaga dan pikrikan bersama nasib bangsa yang akan datang, dengan
mempersiapkan generasi yang mampu membanggakan negara tercinta kita Indoensia
yang berbudi pekerti,unggul, intelek, dan bertanggung jawab.
No comments:
Post a Comment