Mata Kuliah Filsafat
A.
AL-KINDI
(185 – 252 H / 806 – 873 M)
- Hidup dan karya-karyanya
Nama aslinya Abu Yusuf Bin Ishak dan terkenal
dengan sebutan “Filsafat Arab”, keturunan arab asli dan silsilah nasabnya
sampai kepada ya’kub bin Qahthan yaitu nenek pertama suku Arabia selatan.
Ayahnya Al-Kindi pernah menjadi gubernur Kufah pada pemerintahan Al-Mahdi dan
Harun Ar Rasyid
Karangan-karangannya yang terkenal ditemukan
oleh seorang ahli ketimuran jeram, yaitu Hillmuth Ritter, di perpustakaan Aya
Sofia, Istambul dan terdiri dari 29 risalah. Risalah-risalah ini membicarakan
soal-soal alam dan filsafat, antara lain ke Esaan Tuhan, akal, jiwa, filsafat
pertama dan sudah diterbitkan di Mesir oleh M Abdul Hindi Aburaidah
- Filsafat Al-Kindi
Bahwa filsafat adalah ilmu yang termulia serta
terbaik dan tidak bisa ditinggalkan oleh setiap orang yang berfikir. Al-Kindi
meninjau filsafat secara internal dan eksternal,s ecara internal mengikuti
pendapat filosof-filosof besar tentag arti kata filsafat. Secara eksternal
memberikan definisi filsafat.
Menurut Al-Kindi, filsafat ialah ilmu tentang
hakekat kebenaran segala sesuatu menurut kesanggupan manusia, yang mencakup
ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (wahdaniyyah), ilmu keutamaan (fadhilah), semua
cara meraih luas lahat dan menghindar dari madharat. Tujuan seseorang filsafat
bersifat teoritis, yaitu mengetahui kebenaran praktis dan mewujudkan kebenaran
tersebut dalam tindakan. Semakin dekat kepada kebenaran, semakin dekan pula
kepada kesempurnaan.
- Filsafat Fisiki
Al Kindi mengatakan bahwa ala mini dalah
illat-Nya (sebab) yang jauh dan menjadikan sebagian illat bagian yang lain.
Oleh karena itu, ala mini asalnya tidak ada, kemudian menjadi ada karena
diciptakan oleh Tuhan. Dan karena pula, ia tidak dapat membenarkan qadimnya
alam.
Al Kindi mengatakan bahwa benda-benda langit
mempunyai kehidupan serta mempunyai indra-indra yaitu indra penglihatan dan
indra pendengaran saja sebagai indra yang diperlakukan untuk berfikir dan
membedakan. Oleh karena itu, benda-benda langit adalah benda-benda yang
berfikir dan bisa membedakan tiap-tiap gerak berarti merupakan bilangan masa
benda, oleh karena itu gerak hanya terdapat pada apa yang mempunyai zaman.
Berdasarkan hal ini, gerak itu ada, apabila ada benda, karena tidak mungkin ada
benda jika semula diam kemudian bergerak. Sebab benda alam ini adakalanya
baru/qodim. Wujudnya dari tiada adalah kejadian, sedangkan kejadian merupakan
salah satu macam gerak. Jadi, barunya benda alam adalah gerakan, maka baru dan
gerak selalu bergandengan. Jika benda itu qodim dan diam mungkin bisa bergerak,
kemudian bergerak sesudah itu. Hal ini berarti bahwa sesuatu yang azali
mengalami perubahan, akan tetapi yang qodim tidak mungkin mengalami perubahan,
- Metafisika
Pembicaraan dalam soal ini meliputi:
a.
Hakikat Tuhan
Tuhan
adalah wujud yang hak (benar) yang bukan asalnya tidak ada kemudian ada, ia
selalu mustahil tidak ada. Ia selalu ada akan selalu ada.
b.
Bukti-bukti wujud Tuhan
Beliau
menggunakan jalan, yaitu
1)
Barunya alam
Alam ini
baru dan ada permulaan waktunya, karena alam terbatas. Tidak mungkin ada benda
yang ada dengan sendirinya
2)
Keanekaragaman dalam wujud
Al Kindi
mengatakan bahwa dalam alam ini baik alam indrawi maupun alam lain yang
menyamainya, tidak mungkin ada keragaman tanpa keseragaman
3)
Kerapian alam
Yaitu
kerapian alam dan pemeliharaan tuhan terhadapnya.
- Sifat-Sifat Tuhan
Di antara sifat-sifat Tuhan ialah keesaan,
suatu sifat yang paling khas bagi-Nya. Tuhan itu satu zat-Nya dan satu
hitungan. Karena itu pula sifat Tuhan ialah yang Maha Tahu, Yang Maha Berkuasa,
Yang Maha Hidup dan seterusnya.
Kesimpulannya ialah bahwa Tuhan adalah sebab
pertama (first Cause) dimana wujud-Nya bukan karena sebab yang lain. Ia adalah
zat yang menciptakan, tetapi bukan diciptakan, menciptakan segala sesuatu dari
tiada. Ia adalah zat yang menyempurnakan, tetapi bukan disempurnakan (A.
Hanafi, 199 : 78)
B.
AL-FARABI
(257 – 337 H / 870 – 950 M)
- Hidup dan Karya-Karyanya
Nama aslinya Abu Nasr Muhammad Bin Muhammad Bin
Tharkhan, sebutan Al Faribi diambil dari nama kota Arab. Ia dilahirkan pada
tahun 257 H (870). Ayahnya adalah seorang Iran dan menikah dengan seorang
wanita Turkestan kemudian ia menjadi perwira tentara Turkestan. Oleh karena
itu, al Farabi dikatakan berasal dari Turkestan dan kadang-kadang juga
dikatakan dari keturunan Iran.
Menurut Massiqnon, orientaslis Perancis, al Farabi
adalah seorang filsafat islam pertama dengan penuh arti kata, sebelum beliau
memang al Kindi telah membuka pintu filsafat Yunani bagi dunia islam. Akan
tetapi ia tidak menciptakan sistem (madzhab) filsafat tertentu, sebaliknya al Farabi
telah menciptakan suatu sistem filsafat yang lengkap dan memainkan peran
penting dalam dunia islam, seperti peranan yang dimiliki plotinus bagi dunia
barat, begitu juga al Farabi menjadi guru bagi Ibnu Sina, Ibnu dan
filsafat-filsafat islam lain yang datang sesudahnya. Oleh karena itu ia
mendapat gelar “Guru Kedua” (Al Mu’allim Ats Tsani) sebagai
kelanjutan dari aristoteles yang mendapat gelar “Guru Pertama” (Al Mu’allim Al
Awwal).
Di antara karangan-karangannya adalah :
a.
aghradhu ma ba’da ath-thabi’ah
b.
Al-Jam’u baina Ra’yai Al Hakimain
(mempertemukan pendapat kedua filsafatm maksudnya Plato dan Aristoteles)
c.
Tahsil as sa’adah (mencari kebahagiaan)
d.
‘Uyun ul-Masail (pokok-pokok persoalan)
e.
Arau ahl-il madinah al fadhillah
(pikiran-pikiran penduduk kota utama negeri utama)
f.
Il sha’u al ulum (statistik ilmu)
Dalam buku terakhir ini al Farabi membicarakan
macam-macam ilmu (bagian-bagiannya, yaitu ilmu bahasa, ilmu mantik, ilmu
matekatika, fisika, ketuhanan, fiqih, perkotaan dan ilmu kalam)
- Al-Farabi dan Kesatuan Filsafat
Filsafat al Farabi sebenarnya merupakan
campuran antara filsafat aristoteles dan neoplatoisme dengan pikiran keislaman
yang jelas dan corak aliran syiah imamiah. Misalnya dalam soal etika dan
politik, ia mengikuti plato dan dalam soal metafisika, ia mengikuti plotinus,
selain itu al Farabi adalah seorang filsafat sinkretisme (pamanduan) yang
percaya akan kesatuan (ketunggalan) filsafat.
Pemanduan yang menonjol tampak jelas pada usahanya
untuk mempertemukan hasil-hasil pemikiran plato dengan pemikiran aristoteles di
satu pihak dan mempertemukan hasil-hasil pemikiran filsafat dengan wahyu di
lain pihak, dengan bersenjatakan takwil (interpetensi bathin) (Al Hanafi, 1991
: 83)
- Logika
Tampaknya dalam lapangan logika al Farabi
banyak mengikuti Aristoteles. Adalah :
a.
Definisi logika ialah ilmu tentang pedoman
(peraturan) yang dapat menegakkan pikiran dan menunjukkan pada kebenaran dalam
lapangan yang tidak bisa dijamin kebenarannya.
b.
Guna logika, maksudnya logika ialah agar kita
dapat membetulkan pikiran orang lain, atau agar orang lain dapat membenarkan
pemikiran kita, atau kita dapat membetulkan pemikiran diri kita sendiri
c.
Lapangan lgika, lapangannya ialah segala macam
pemikiran yang bisa diutarakan dengan kata-kata dalam kedudukannya sebagai alat
menyatakan pemikiran.
d.
Bagian-bagian logika, yaitu kategori
(al-ma’qulat al ‘asyr); kata-kata (al ibaroh, termas); analogi pertama (al
qiyas); analogi kedua (al burhan); jadal (debat; sofistika; retorika dan
poetika (syair), pembagian qiyas ada lima yaitu
1)
kias meyakinkan (qiyas – burhani), yaitu kias
memberi keyakinan
2)
qiyas jadali, yaitu kiyas yang terdiri dari hal
yang sudah dikenal dan bisa diterima (al-masyhurat wal musallamat)
3)
kias sofistika ialah kias yang menimbulkan
sangkaan bahwa sesuatu yang tidak benar kelihatan benar dan sebalinya.
4)
Qiyas-khatabi, yaitu kias yang menimbulkan
dugaan yang tidak begitu kuat
5)
Qiyas syi’I, yaitu kias yang memakai perasaan
dan khayalan untuk dapat menarik orang lain
(A.
Hanafi, 1991 : 89)
- Filsafat Metafisika
Hal-hal yang dibicarakannya adalah :
a.
Tuhan
Al
faribi terlebih dahulu membagi wujud yang ada pada hakikat Tuhan dan
sifat-sifat-Nya
1)
wujud yang mumkin atau wujud yang nyata karena
lainnya (wajib ligharbi) seperti wujud cahaya yang tidak akan ada, kalau tidak
ada matahari.
2)
Wujud yang nyata dengan sendirinya (wajib al
wujud lidzatih). Wujud adalah wujud yang tabiatnya itu sendiri menghendaki
wujud-Nya)
b.
Hakekat Tuhan
Allah
adalah wujud yang sempurna dan ada tanpa suatu sebab, karena kalau ada sebab
bagi-Nya berarti ia tidak sempurna, sebab bergantung kepadanya, ia adalah wujud
yang paling mulia dan yang paling dahulu adanya. Oleh karena itu, tuhan adalah
zat yang azali (tanpa permulaan) yang selalu ada zat-Nya itu sendiri sudah
cukup menjadi sebab bagi keabadian wujud-Nya. Wujud-Nya tidak berarti terdiri
dari Hule (matter, benda dan shurroh). Yaitu dua bagian yang terdapat pada
makhluk, kalau itu terjadi dari kedua perkara tersebut, tentunya akan terdapat
susunan (bagian-bagian pada zat-Nya)
c.
Sifat-sifat tuhan
Sifat
Tuhan tidak berbeda dari Zat-Nya, karena tuhan adalah tungal. Juga zat tuhan
menjadi objek pemikiran tuhan sendiri (ma’qul) karena yang menghalang-halangi
sesuatu untuk menjadi objek pemikiran ialah benda itu pula. Tuhan juga adalah
zat yang Maha Mengetahui (‘alim) tanpa memerlukan sesuatu yang lain untuk dapat
mengetahui.
Tuhan
sangat puas terhadap keagungan dan kesempurnaan zat-Nya. Oleh karena itu ia
mencintai dan merindukan zat-Nya sendiri dengan demikian, tuhan itu adalah zat
yang merindukan dan yang dirindukan pula (al-‘asyiq dan al-ma’syuq)
Teori al
Farabi yang menyatakan bahwa tuhan tidak mengetahui alam dan tidak
memikirkannya pula. Yakni tidak menjadikan alam sebagai objek pemikiran-Nya,
diambil dari Aristoteles. Pendapat tersebut didasarkan atas anggapan bahwa alam
terlalu rendah tingkatannya untuk dijadikan objek pemikiran Tuhan, zat yang
Maha Sempurna dan Maha Agung. Jadi pemikiran Tuhan terhadap alam ini tidak
langsung. Melainkan cukup melalui zat-Nya, yakni dalam kedudukan-Nya sebagai
sebab adanya alam beserta segala perstiwanya. Pendapat al Farabi itu menjadi
dasar Ibnu Rusyd yang berpengaruh luas di kalangan dunia piker islam (A.
Hanafi, 1991 : 91-92
- Emanasi
Emanasi ialah teori tentang keluarnya suaru
wujud yang mukmin (alam makhluk) dan zat yang wajib-ul-wujud (zat yag mesti
adanya; Tuhan)
C.
AL-GHAZALI
Nama lengkapnya abu hamid Muhammad ibn Muhammad
al-ghazali, ath thusi, merupakan orang Persia asli yang dilahirkan pada tahun
450 H/1058 M di Thus (dekat Mashed) dan wafatnya di nisbur pada tahun 505
H/1111 M dalam usia 54 tahun (Moh fauzan, 2002 : 30)
- Karya-karya al-ghazali
Sulaiman dunya menyatakan dan mencatat bahwa
karya tulis imam al-ghozali mencapai kurang lebih 300 buah, meliau mengarang
dari umur 25 tahun yang di antaranya
a.
Ilmu Kalam Dan Filsafat
1)
Maqashid Al Falasifah
2)
Tahafut Al Falasifah
3)
Al Iqtishad Fi Al I’tiqad
4)
Al Muqid Min Adh Dhalal
5)
Maqashid Asma Fi Al Ma’ani, Asma Al Husna
6)
Faial Al Mustaqim, dll
b.
Kelompok fiqih dan ushu; fiqih
1)
Al Basith
2)
Al Wasith
3)
Al Wajiz
4)
Al Khulashah Al Mukhtashar
5)
Al Mustashfa
6)
Al Mankul
7)
Syifakh Al Alifi Qiyas Wa Ta’lil
8)
Adz Dzari’ah Ila Makarim Al Syari’ah
c.
Kelompok tafsir meliputi
1)
Yaqul At Ta’wil Fi Tafsir At Tanzil
2)
Tawahir Al-Qur’an
d.
Kelompok ilmu tasawuf dan akhlak secara
integral bahasannya ilmu kalam, fiqih dan tasawuf antara lain:
1)
Ihya’ ‘Ulum Ad-Din
2)
Mizan Al Amanah
3)
Kimya As Sa’adah
4)
Misykat Al Anwar
5)
Muh As Syafat Al-Qulub
6)
Minhaj Al Abiding
7)
Ad Dar Fiqhiratfi Kasyf’ulum
8)
Al Aini Fi Al Wahdat
9)
Al Qurbat Illa Alah Azza Wajalla
10) Akhlak
Al Abrarwa Najat Min Al Asrar, dll
- Pandangan Al-Ghazali tentang Taukhid dan Kalam
Ilmu ini membahas tentang dzat Allah,
siat-sifatnya yang eternal (al qadimah), yang aktif kreatif (al’fi’liyyah) yang
esensial, dengan nama-nama yang sudah dikenal, juga membahas, keadaan para
Nabi, para pemimpin umat sesudahnya dan para shabat. Beliau begitu pula
membahas tentang keadaan mati dan hidup. Keadaan di bangkitkan dari kubut (al
ba’ats), berkumpul di mahsyar, perhitungan amal dan melihat tuhan.
Al ghazali dalam kitabnya ihya’ ‘ulum ad0din
menyesalkan adanya pergeseran istilah “tauhid” pada “kalam” tauhid yang berarti
mengesakan Allah merupakan isti akidah islam yang dibawa nabi Muhammad SAW,
sedangkan kalam yang beratti perkataan, hanya merupakan cara yang digunakan
dalam membahas masalah-masalah aqidah.
Menurut al ghazali pengertian tauhid pada masa
salaf yang terfokus pada kalimat. “La Ilaha Illa Allah” (tidak ada Tuhan selain
Allah), ditanggapi dan dihayati bervariasi oleh umat waktu itu. Ada orang
munafik yang bertauhid itu dihatinya dan mengucapkannya dengan sadar.
D.
IBNU SINA
- Hidup dan karyanya
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan,
ketika kalifah abbasyiyah mengalami kemunduran dan negeri-negeri yang mula-mula
berada di bawah kekuasaan khalifat tersebut mulai melepaskan diri satu per satu
untuk berdiri sendiri. Ibnu Sina dilahirkan di Afsyana, daerah Bukhara pada
tahun 340 H (980 M) di Bukhoro, ia menghafal Al-Qur’an dan belajar ilmu-ilmu
agama serta ilmu-ilmu astronomi katika usianya baru 10 tahun, kemudian
mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya seorang Masehi. Hidup beliau
sepenuhi dengan kesibukan, seperti bekerja di pemerintahan, mengarang, menulis,
dll.
Karya-karyanya yang terkenal
a.
Asy-syifa terdiri dari logika fisika, matematika
dan metafisika (ketuhanan)
b.
An najat
c.
Al-isyarat wat-tanbihat
d.
Al-hikmah al-masyriqiyyah mengenai tasawuf
tetapi menurut carlos nallino, berisi filsafat timur sebagai imbangan filsafat
barat
e.
Al-qonun
- Dasar-dasar fisika
Ibnu Sina seperti halnya al Farabi, mengambil
teori tersebut dari Aristoteles, dengan mengatakan bahwa benda alam terdiri
darinya (maddah) sebagai tempat dan dari shurat sebagai perkara yang bertempat
padanya. Pertalian benda shurah sama dengan pertalian perunggu dengan patuh,
jadi benda alam mempunyai tambahan (perkara yang mengikutinya) yaitu aradh
(sifat-sifat) seperti gerak, diam dan lain-lain.
Perbedaan shurah dengan aradh ialah kalau aradh
terdapat sesudah ada benda, sedangkan shurah terdapat sebelum benda,
Gerak dan diam menurut Ibnu Sina “tiap-tiap
gerak terdapat perkara yang bisa bertambah atau berkurang. Sedangkan Jauhar
(benda kecil/atom) tidak demikian keadaannya (tidak mengenal gerak). Dengan
demikian perpindahan dari satu tempat ke tempat lain adalah gerak, begitu pula
perpindahan dari putih ke hitam (dalam bahasa arab disebut istihalah) dan
bertambah atau berkurangnya sesuatu bentik dikarakan juga gerak (a. hanafi,
1991 : 118)
E.
IBNU RUSYD
(520 – 595 H / 1126 – 1198 M)
- Hidup dan karyanya
Ia adalah abdul walid Muhammad bin ahmad ibn Rusyd,
kelahiran Cordova pada tahun 520 H, berasal dari kalangan keluarga besar yang
terkenal di Andalusia (Spanyol), ayahnya seorang hakim, dan neneknya terkenal
dengan sebutan “Ibn Rusyd nenek” (aljadd) kepala hakim Cordova.
Karangannya meliputi berbagai macam ilmu
seperti fiqih usul, bahasa, kedokterean, astronomi, politik, filsafat, dan
buku-bukunya :
a.
Bidyatul mujtahidin (ilmu fiqih) yaitu berisi
perbandingan madzhab
b.
Fashlul-maqalfi ma baina al hikmati was-syariat
min al-ittisal (ilmu kalam)
c.
Manahij al-adillah fi aqaid ahl-al millah (ilmu
kalam)
d.
Tashafur at-thohatut (filsafat dan ilmu kalam
- Dalil wujud Tuhan
Ibnu Rusyd menerangkan dalil-dalil wujud tuhan
menurut syara yang meyakinkan yaitu dalil ‘inayah (pemelihara) dan dalil
ihtira’ (penciptaan), yang kedia-duanya terdapat dalam al-Qur’an, menurut
beliau Al-Qur’an bisa dibagi menjadi 3 golongan, Pertama, ayat berisi
peringatan terhadap dalil ‘inayah. Kedua, ayat-ayat yang berisi
peringatan terhadap dalil ikhtira’. Ketiga, ayat-ayat yang berisi peringatan
kedua dalil tersebut bersama.
Dalil inayah apabila ala mini kita perhatikan
kita akan mengetahui apa yang ada di dalamnya sesuai dengan kehidupan dan
makhluk-makhluk lainnya. Persesuaian ini bukan terjadi secara kebetulan. Tetapi
menunjukkan adanya penciptaan yang rapi dan teratur, yang didasarkan atas ilmu
dan kebijakan, sebagaimana yang ditunjukan oleh ilmu pengetahuan modern.
Dalil iktira’, seperti halnya dengan dalil
‘inayah mendorong kita untuk mengikuti keilmuan sejauh mungkin. Dalil tersebut
lebih berguna pada dalil atom / dalil wajib-mumkin dan lain-lain. Kelebihan
dalil ikhtira’, ialah karena ia dipakai oleh syara’ dan menguatkan adanya
kebijakan Tuhan. Banyak ayat yang berisi dalil ikhtira’ tersebut. Diantaranya
ayat 5-6, surat At Thariq.
Dalil gerak yang diambil dari Arsitoteles bahwa
alam semesta ini bergerak dengan sesuatu gerakan yang abadi dan gerakan ini
mengandung adanya penggerak pertama yang tidak bergerak dan tidak berbenda
yaitu Tuhan, tetapi juga Ibnu Rusyd mengatakan bahwa benda-benda langit beserta
gerakannya dijadikan oleh tuhan dari tiada dan bukan dalam zaman, karena zaman
tidak mungkin mendahului wujud cara yang bergerak, selama zaman itu kita anggap
sebagai ukuran geraknya. Jadi, gerakan menghendaki adanya penggerak pertama /
sesuatu sebab yang mengeluarkan dari tiada menjadi wujud (A. Hanafi; 1991 :
172)
No comments:
Post a Comment