Ibadah haji membawa seribu satu hikmah.
Alangkah baikya jika setiap jemaah haji dan umat islam dapat menghayati aspek
yang tersirat dan tersurat dibalik ibadah haji yang mereka lakukan.
Banyak jemaah haji yang ketika sampai
kembali ke tanah air tidak menerapkan atau menjalankan segala sesuatu yang
mereka dapat pada waktu di tanah suci.
Ibadah haji merupakan rukun islam yang
kelima. Ibadah haji berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya. Karena ibadah haji
membutuhkan fisik, mental dan material yang cukup. Tanpa ketiga aspek tersebut
ibadah haji sulit dilaksanakan dengan sempurna.
PEMBAHASAN
Ibadah haji yang terdiri dari umrah dan
haji merupakan titik kulminasi dari proses pencarian kesempurnaan hidup baik
secara individu dan sosial. Ibadah umrah adalah gambaran tahapan yang harus
ditemnpuh seseorang untuk mencapai tingkat kesempurnaan diri secara personal
sebgai seorang muslim, dan ibadah haji adalah tahapan dan proses yang harus
dilakukan oleh umat Islam untuk mencapai kesempurnaan hidup secara berjamaah,
umat yang berkualitas, umat terpandang dalam sejarah kemanusiaan. Itulah
sebabnya dalam al Quran, perintah haji dan umrah diawali dengan kata-kata :
" Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah " ( QS. Al Baqarah
: 187 ). Hal ini berbeda dengan perintah shalat dengan ucapan : Dirikanlah atau
perintah zakat dengan ucapan : tunaikanlah. Mengapa berbeda..? Sebab dalam
ibadah umrah dan haji ada nilai-nilai kesempurnaan hidup yang dapat diambil
baik secara individual maupun secara sosial, sehingga setiap muslim menjadi
individu terbaik dan umat islam menjadi umat teladan, dan kesempurnaan itu
diikuti dengan jiwa pengorbanan yang harus ada dalam setiap perjuangan untuk
mencapai kemenangan dan kesuksesan.
Tahapan dan proses kesempurnaan hidup
yang dapat kita petik dalam proses pelaksanaan haji di Tanah suci. Ibadah haji
melalui dua tahapan yaitu umrah dan haji. Umrah adalah ibadah yang dilakukan
secara berturut-turut dari Ihram ( ditandai dengan memakai pakaian ihram ) ,
Tawaf berkeliling ka'bah, Sai yaitu berjalan antara bukit safa dan Marwa , dan
Tahallul ( menggunting rambut ). Sedangkan haji dilakukan dengan melaksanakan
prosesi Wukuf di Arafah, Mengambil batu di Muzdalifah pada waktu malam hari,
Melontar Jumrah di Mina, Thawaf Ifadah, diikuti dengan menyembelih hewan Qurban
Banyak orang menyangka bahwa ibadah ini hanya bersifat ritual, padahal al Quran
menyuruh kita mencari hikmah dibalik haji dan umrah sehingga dapat dijadikan
model hidup yang sempurna sebagaimana dinyatakan dalam al Quran : " Dan
serukanlah kepada manusia untuk melakukan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki dan mengenderai unta dari segenap penjuru yang
jauh, agar supaya mereka menyaksikan manfaat mereka " ( QS. Al Hajj :
27-28 ). Dalam ayat ini Allah menyuruh umat manusia untuk melakukan haji dan
melihat serta memperhatikan manfaat, hikmah daripada prosesi ibadah haji
tersebut. Dengan demikian dalam prosesi ibadah umrah dan haji manusia harus
dapat mengambil pelajaran, pendidikan, strategi, falsafah hidup, sehingga
meraka dapat menjadi individu sempurna ( perfect personality ), dan menjadi
umat dan jamaah yang terbaik Pribadi terbaik inilah yang harus dibuktikan dalam
sikap sehingga dapat menjadi " insan mabrur ", baik mabrur secara
individu, dan mabrur secara sosial berjamaah. Untuk mendapatkan mabrur
tersebut, maka mansuia harus memenuhi syarat dan rukun yaitu :
1.
Ihram : Kesucian
diri dengan mengontrol keinginan dan nafsu.
Langkah
pertama untuk menjadi manusia sempurna adalah keupayaan diri untuk mengontrol
diri, dari keinginan dan hawa nafsu. Dalam ihram seseorang diharamkan dari
memakai sesuatu yang halal. Ini merupakan gambaran bahwa seorang individu harus
dapat mengontrol antara keperluan dan keinginan. Seorang yang sukses adalah
individu yang dapat melihat antara keperluan dan keinginan. Berarti Ihram
adalah bagaimana seseorang dapat mengontrol diri dari memakai kekayaan yang
berlebihan, memakai kekuasaan semau-gue, memakai sesuatu milik dengan tidak
berguna , mubazir, dan lain sebagainya. Konglomerat ihram adalah konglomerat
dan orang kaya yang memakai kekayaan tanpa kemewahan Pemimpin , pejabat dan
penguasa ihram adalah pemimpin, dan penguasa yang dapat memakai wewenang
kekuasaan hanya untuk kemaslahatan rakyat, bukan untuk meraih keuntungan
pribadi. Angota dewan yang ihram adalah angota dewan yang mengeluarkan
undang-undang dan peraturan untuk kepentingan rakyat bukan untuk kepentingan
diri, partai atau kelompok tertentu. Kontraktor ihram adalah kontraktor yang
tidak melakukan mark-up dalam proyek, dan lain sebagainya. Pribadi yang ihram
adalah pribadi yang selalu memakai waktu dengan sebaik-baiknya, bukan untuk
permainan dan hiburan, mempergunakan kekayaan dengan sebaik-baiknya, bukan
berbelanja sepuas-puasnya, selalu memperhatikan mana yang merupakan keperluan(
need ) dan mana yang bersifat keinginan (want ), terhindar dari sifat "
mubazir" dan " lagha " ( perbuatan, perkataan sia-sia ). Inilah
kunci dan syarat pertama untuk menjadi manusia 'mabrur", manusia sempurna.
2.
Thawaf : Hidup
dalam lingkaran ibadah.
Thawaf
adalah mengelilingi ka'bah tujuh kali. Ini merupakan gambaran dari setiap
individu yang ingin mencapai titik kesempurnaan hidup agar dapat menjadikan
seluruh kegiatan dan aktivitasnya dalam rangka ibadah, pendekatan diri kepada
Tuhan. Thawaf juga bermakna bahwa segala gerak dan langkah hanya dilakukan
dalam kerangka syariah, hukum-hukum dan perintah Tuhan. Manusia adalah bagian
daripada alam semesta, dan alam dengan seluruh planetnya malakukan thawaf
demikian juga malaikat melakukan thawaf di Baitul Makmur, maka manusia juga
secara fisik, rohani, pemikiran, kejiwaaan dan sistem kehidupan harus tawaf
kepada Allah. Thawaf dalam tujuan mencari petunjuk Ilahi untuk meniti
kehidupan. Thawaf juga bermakna selalu melihat dan memperhatikan ( muhasabah )
diri apakah seluruh aktifitas keduniaan kita dari belajar, mengajar, berniaga,
berpolitik, berbudaya, apakah sudah dalam kerangka hukum-hukum Allah dan
bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Apakah setiap langkah yang kita
lakukan selama tujuh hari tujuh malam, baik di atas bumi ataupun diatas langit
semuanya mengacu kepada mencari keridhaan Allah. Individu yang dapat melakukan
thawaf kehidupan ini merupakan manusia sempurna di depan Allah, sebab semua
gerak dan langkah hanya untuk beribadah kepadaNya, sebab tujuan hidup seorang
muslim adalah untuk beribadah kepadaNya dalam arti yang seluas-luasnya.
Politikus tawaf adalah politikus yang melakukan segala langkah politik untuk
tujuan yang suci, sehingga politik mrupakan ibadah. Bisnisman thawaf adalah
peniaga yang mengembangkan ekonomi dalam sistem syariah dan menjadikan kegiatan
bisnis bagian daripada ibadah. Pendidik dan ilmuwan yang thawaf adalah mereka
yang melakukan aktifitas keilmuan sebagai ibadah kepada Allah..
Demikianlah
makna thawaf dalam kehidupan sehingga seluruh langkah merupakan bagian daripada
pendekatan diri kepada Tuihan, sehingga aktifitas tersebut bukan saja merupakan
asset dunia tetapi menjadi asset untuk kehidupan lebih panjang dan kekal di
akhirat kelak.
3.
Sai :
Meningkatkan etos kerja sebagai khalifah.
Manusia
mendapat tugas menjadi khalifah di muka bumi, sehingga seluruh kekayaan alam
dapat menjadi modal yang berguna bagi kehidupan manusia Khalifah adalah
menguasai bumi, dengan kerja keras. Itulah yang digambarkan dalam ibadah Sai,
berjalan dan berlari-lari kecil dari bukit Safa menuju bukit Marwa. Sudah
menjadi sunatullah, siapa yang mempunyai etos kerja yang tinggi maka dia akan
menguasai dunia, baik dia itu seorang muslim, kafir, atau atheis. Penguasan
dunia tidak mungkin di dapat dengan beribadah, berzikir, dan berdoa semata-mata
tetapi harus dilakukan dnegan penguasaan ilmu , kerja yang professional,
bekerja keras, disiplin dan ketabahan, dengan manajemen yang rapi, dan semangat
pantang menyerah.
Penguasaan
dunia ( khalifah ) hanya dapat dicapai dengan landasan keilmuan, yang diperoleh
melalui riset dan penelitian, ( istikhlaf ) diaplikasikan dalam inovasi
teknologi ( taskhir ) yang dipergunakan untuk kemajuan dan kemaslahatan
masyarakat global ( isti'mar ). Hal ini hanya dapat dicapai dengan etos kerja
yang tinggi, semangat membaja, sebagaimana Siti Hajar berusaha untuk
menaklukkan bukit safa dan marwa seorang diri di tengah padang pasir yang
tandus.
Insan
Sai adalah insan yang berusaha dengan sungguh-sungguh, disiplin tinggi,
semangat membara, pantang menyerah, dalam bidang dan profesi masing-masing,
sebagaimana dicontohkan oleh para nabi dan rasul. Nabi Adam menjadi khalifah
sebagai pembuat roti yang handal. Nabi Nuh menjadi khalifah sebagai pembuat
kapal. Nabi Idris menjadi khalifah sebagai perancang dan penjahit baju. Nabi
Musa sebagai khalifah sebagai peternak professional. Nabi Daud sebagai khalifah
dalam industri baju besi, sehingga dia dapat memproduk 25 baju besi dalam
sehari. Nabi Isa menjadi khalifah dalam bidang perubatan. Nabi Sulaiman menjadi
khalifah dalam bidang komunikasi, sebab beliau dapat berkomunikasi dengan semua
makhluk.
Nabi
Muhammad menjadi khalifah dalam semua bidang baik dalam pendidikan, ekonomi,
sosial, politik dan militer. Masyarakat muslim terdahulu menjadi masyarakat
khalifah sebab menguasai ilmu dan teknologi yang dicontohkan oleh Ibnu Sina
dalam bidang Kedokteran, Al Khawarizmi dalam bidang Matematika, Ibnu Haytam
dalam bidang optik, Ibnu Majid dalam bidang Maritim, Ibnu Khaldun dalam
sosiologi, Al Mawardi dalam bidang politik, Ibnu Baitutah dalam bidang
pariwisata, Abu Hasan Asyari, Fakhrurazi dalam bidang theology, dan Imam
Syafii, Maliki, Hanbali dalam bidang fiqih, dan lain sebagainya. Ini semua
disebabkan mereka mempunyai semanagt dan etos kerja yang tinggi , semangat
ibadah Sai, semangat untuk menguasai kehidupan dunia sebagai aplikasi tugas
khalifah Allah dimuka bumi. Dengan aplikasi ibadah Sai dalam menghadapi dan
menjalani kehidupan inilah maka umat Islam terdahulu menjadi umat teladan, umat
terbaik, umat yang berprestasi dalam segala bidang kehidupan, dan menjadi umat
yang tercatat dengan catatan emas dalam sejarah kemanusiaan.
4.
Tahalul :
Pelayanan sosial secara individual.
Tahalul
adalah menggunting rambut bagi jamaah yang telah melakukan prosesi sai dalam
umrah. Sai adalah bagaimana seorang individu dapat mencapai prestasi tertinggi
di dlam bidang masing-masing. Sorang ilmuwan yang sai adalah ilmuwan yang dapat
terus berprestasi dalam disiplin ilmunya sehingga menemukan teori-teri yang
baru. Seorang teknokrat yang Sai adalah teknokrat yang dapat melakukan inovasi
teknologi. Seorang busnismen yang Sai adalah busnismen yang dapat sukses dalam
terobosan baru dalam bidang ekonomi. Politisi yang sai adalah politisi yang
handal dalam bidangnya. Itu semuanya harus dapat di " tahalul "kan
dalam arti , seluruh kepandaian, keilmuan, pemikiran, kerja politik, kerja
ekonomi, harus dapat menjadi sumbangsih kepada individu yang lain dan kepada
kemaslahatan masyarakat yang lain, sehingga seorang ilmuwan akan mendapat
pahala jariyah dari teori keilmuan yang dihasilkan, seorang teknokrat dapat
pahala jariyah dari inovasi teknologinya, seorang politisi dapat pahala jariyah
dari terobosan politiknya, dan seorang peniaga dapat pahala jariyah dari
sumbangan sedekah, infaq kepada orang yang memerlukan dari kekayaan yang
dimilikinya. . Inilah yang dimaksudkan dengan "tahalul" profesi, dan
keilmuan dalam berbagai bidang kehidupan, dalam arti ilmu, profesi, kekayan,
karier yang dimilinya tersebut bukan hanay dinikmati oleh dirinya secara
individu, tetapi juga dapat membantu orang yang lain, sehingga secara individu
dia telah mealkukan kewajiban sosial secara personal. Itulah sebabnya
Rasulullah bersabda : " Sebaik-baik manusia adalah mereka yang hidupnya
berguna dan bermanfaat bagimanusia yang lain ".
Dengan
demikian barulah seorang muslim menjadi manusia sempurna secara individu, sebab
kehidupan , kekayaan, bukan hanya dipakai untuk keperluan dirinya sendiri,
tetapi ilmunya, kekayaannya, profesi dan kepakarannya, kedudukan dan
pangkatnya, kekuasaan dan karier politiknya juga dapat berguna dan bermanfaat
bagi kehidupan makhluk dan manusia yang lain. Kesempurnaan hidup manusia secara
individu tergantung pada kualitas dan prestasi serta berapa banyak manfaat
profesi yang dimiliknyasebagai bantuan dan sumbangannya bagi kehidupan manusia
yang berada disekelilingnya, sebagai pengabdian kepada Allah Taala.
.
5.
Wukuf :
Menggalangpotensi dan jaringan, menyusun langkah dan program umat, mengatur
strategi, menghadapi tantangan dan masa depan.
Wukuf
adalah berhenti. Wukuf berarti individu muslim yang telah berprestasi dalam
bidang masing-masing diharapkan dapat berhenti sejenak, bukan berhenti untuk
tidak berkarya, tetapi berhenti untuk menyatukan langkah, menggalang jaringan
dan potensi, menyusun program untuk menghadapi tantangan dan masa depan. Wukuf
berarti membentuk jaringan inter disiplin dan antar disiplin. Wukuf berarti
membangun kerjasama antar kelompok umat, antar jamaah, antar firqahh, menyususn
program bersama untuk satu tahun mendatang. Wukuf adalah kongres umat islam
sedunia dalam dibang dan profesi masing-masing.
Dengan
wukuf, maka setiap individu dapat mengenal bagaimana hubungan dirinya dengan
Allah. Dengan wukuf berarti setiap muslim harus mengenal dirinya, mengadakan
refleksi kehidupan dalam profesi masing-masing. Dengan wukuf berarti seorang
itu mengenal potensi dirinya masing-masing, dan juga mengenal kelemahan dan
kekurangan dirinya. Dengan wukuf, berarti setiap orang dapat mengenal kelebihan
orang lain, sehingga dia dapat menjalin kerjasama. Dengan wukuf juga berarti
antar kelompok dan jamaah umat dapat duduk bersama menyusun program terpadu.
Dengan wukuf juga berarti setiap muslim mengenal dan mencari informasi
bagaimana strategi musuh umat islam yang selalu berusaha menghancurkan islam di
setiap kawasan. Itulah sebabnya wukuf tersebut berada di bumi Arafah.. Arafah
dalam bahasa arab artinya mengenal, diharapkan dengan wukuf, setiap muslim
dalam melakukan analisa " SWOT " sebagaimana dilakukan dalam bidang
manajemen.
Dengan
adanya kerjasama antar individu dan kelompok, dengan mengenal diri, mengenal
kawan, mengenal musuh, mengenal potensi, maka barulah setiap individu menjadi
"rahmat " bagi suatu umat. Seorang ilmuwan dapat menjadi rahmat bagi
umat, dengan ilmunya. Seorang konglomerat dapat menjadi rahmat dengan
kekayaannya. Seorang teknokrat dapat menjadi rahmat bagi umat Islam dengan
inovasi teknologinya. Seorang politisi dapat menjadi rahmat bagi umat dengan
terobosan dan partai politiknya. Inilah yang dimaksudkan dengan adanya Jabal
Rahmah, di Arafah. Dengan wukuf, setiap individu dapat menjadi rahmat ( bukan
musibah ) bagi kelangsungan umat, dan kemanusiaan. Dengan wukuf, setiap
kelompok masyarakat, mazhab, firqah, menjadi " sparing partner " bagi
kelompk yang lain, untuk berlomba dalam kebaikan ( fastabiqul khairat ) bukan
menjadi musuh dan lawan yang saling bermusuhan. Dengan wukuf, setiap kelompok
berbagi tugas dalam membangun umat, bukan berebut mencari jamaah dengan menghina
dan merendahkan kelompok yang lain. Wukuf adalah pertemuan tahunan yang
dihadiri oleh utusan berbagai profesi , dan kelompok umat untuk menganalisa
situasi umat dan menysuun langkah-langkah strategis dalam menghadapi tantangan
masa depan. Inilah kekuatan haji, dan keutamaan wukuf sehingga rasulullah saw
bersabda : Haji itu adalah Wukuf di Arafah ". ( hadis riwayat Muslim )
6.
Muzdalifah :
Persiapan menghadapi ancaman dan tantangan.
Dari
prosesi wukuf maka umat islam harus dapat melihat apa saja tantangan baik
secara internal maupun eksternal. Ancaman dan tantangan tersebut harus dihadapi
dengan kekuatan lahir dan batin. Kekuatan jiwa dan batin dengan mendekatkan
diri kepada Allah, melakukan qiyamul lain, bermunajat kepadaNya. Itulah
sebabnya mengambil batu di Muzdalifah dilakukan di malam hari lewat tengah
malam, bukan disiang hari. Setiap individu, seorang pemimpin dalam menghadapi
tantangan dan problematikan kehidupan harus mendekatkan diri kepada Tuhan
meminta pertolongan, petunjuk, dan kekuatan. Tetapi kekuatan batin harus
diikuti dengan kekuatan lahir, yaitu mempergunakan senjata apapun yang mungkin
dapat dipakai sesuai dengan bentuk tantangan dan serangan. Batu adalah
melambangkan manusia harus berinisiatif mencari alat untuk melawan kekuatan
lawan, baik dengan inovasi teknologi dan sistem. Serangan ekonomi,harus dilawan
dengan kekuatan ekonomi, serangan teknologi dengan kekuatan teknologi, serangan
budaya dengan kekuatan budaya, serangan keilmuan dengan kekuatan keilmuan dan
lain sebagainya. Melawan musuh dengan strategi yang tepat itulah yang disebut
dalam al Quran : " Dan persiapkanlah dirimu dengan kekuatan apa saja untuk
menghadapi musuh ".( QS. Al Anfal : 60 ). Dengan semangat batu di
Muzdalifah berarti umat Islam harus mempersiapkan diri dengan kekuatan ilmu dan
teknologi, kekuatan ekonomi, kekuatan budaya, kekuatan politik dan kekuatan
militer sehingga umat Islam tidak dipermaikan oleh umat yang lain, sehingga
umat Islam sebagaimana yang terjadi selama ini, di Irak, Palestina, Kashmir,
Kurdistan, dan lain sebagainya.
7.
Melontar Jumrah
di Mina : Semangat perjuangan
Setelah
dari Muzdalifah, jamaah haji akan berangkat menuju Mina untuk melontar Jamrah.
Sebaik sampai, jamaah melontar Jamrah Aqabah, dan hari-hari selanjutnya
melontar Jamrah Ula, Jamrah Wustha, dan Jamrah Aqabah. Apakah maksud dan hikmah
dari melontar Jumrah tersebut. Melontar Jumrah adalah lambang perjuangan yang
harus dilakukan oleh umat Islam secara bersama, dengan bidang profesi ,
kepakaran masing-masing dengan memakai kekuatan yang dimiliki. Semuanya harus
ikut berperan dalam perjuangan umat dengan profesi masing-masing. Perjuangan
tersebut harus dilakukan dengan teratur dan berkesinambungan, sebagaimana
melontar Jumrah dilakukan dengan teratur dari Jamrah ula , Jumrah wustha dan jamrah
Aqabah. Perjuangan juga dilakukan dengan terus berkesinambungan sebagaimana
melontar Jamrah tersebut dilakukan pada hari pertama, kedua dan ketiga.
Perjuangan juga harus mempersiapkan generasi pelanjut, sebagaimana melontar
jumrah dapat dilakukan dengan nafar awwal ( melakukan pada 10,11,12 Dzul Hijjah
sahaja ) atau juga dengan nafar tsani ( melakukan lontar sampai 13 Dzul hijjah
), sehingga ini menunjukkan setiap perjuangan harus memiliki estafet, yang
berkesinambungan dari satu generasi kepada generasi selanjutnya.
Dengan
melontar Jaumrah di Mina juga berarti bahwa kekayaan yang dimiliki, kepakaran
teknologi, kekuatan ekonomi, budaya dan politik setiap individu dan kelompok
muslim, harus dapat dipakai sebagai alat perjuangan umat Islam, bukan
sebaliknya sebagaimana sekarang ini, dimana kekuatan ekonomi umat islam
merupakan pendapatan dan kekayaan bagi umat yang lain.
Sebagai
contoh, pada hari-hari ini seluruh jamaah haji dan umat Islam melakukan
penyembelihan hewan kambing, sapid an unta. Sepatutnya hewan tersebut
disediakan oleh peternak muslim untuk umat islam sehingga proses penyembelihan
qurban merupakan mata-rantai ekonomi umat. Tetapi sekarang ini yang terjadi
bahwa sebagian besar hewan tersebut dipasok dari negeri Australia, sehingga
umat islam yang berqurban, akan menambah kekayaan dan kekuatan ekonomi kelompok
yang lain. Mengapa demikian terjadi, sebab umat islam tidak menjadikan okonomi
sebagai pendukung kekuatan umat, padahal Imam Nawawi dalam kitab al Majmu'
menyatakan bahwa umat islam wajib memproduk segala keperluan hidupnya walaupun
membuat sebatang jarum yang kecil. Inilah perjuangan ekonomi umat yang harus
dilakukan agar umat menjadi kuat
Dengan
perjuangan melontar Jumrah di Mina sepatutnya menyadarkan kita bahwa umat islam
harus berjuang dalam segala bidang dan profesi. Inilah yang disebut dengan
jihad ekonomi, jihad teknologi, jihad media , jihad pfofesi, jihad budaya,
jihad politik, bukan hanya jihad emosi sebagaimana yang terjadi selama ini.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
8.
Menyembelih
Qurban : Pengorbanan.
Perjuangan
yang dilakukan baik secara individu, apalagi secara kolektif, dalam segala
bidang diats, memerlukan pengorbanan yang tinggi. Tanpa pengorbanan yang tinggi
mustahil suatu perjuangan akan berhasil, sebagaimana diungkapkan dalam surah al
Kausar : " Sesunguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
Maka lakukanlah shalat dan berqurbanlah. Sesungguhnya ( dengan pengorbanan
tersebut) maka musuh engkau akan hancur " ( QS. Al kautsr : 1-3). Dari
ayat diatas dapat dilihat bahwa pengorbanan merupakan syarat untuk dapat
mengalahkan pertahanan dan kekuatan musuh. Saya contohkan, jika seorang bekerja
tiga jam, maka jika seseorang yang lain ingin mengalahkannya, maka dia harus
dapat bekerja lebih dari orang tersebut, emat atau lima jam. Inilah pengorbanan
yang dapat mengalahkan pertahanan lawan. Demikian juga umat islam jika ingin
menang , maka mereka harus melakukan pengorbanan dalam setiap bidang
perjuangan. Pengorbanan tersebut bukan untuk kepentingan pribadi , bukan untuk
kepentingan kelompok, mazhab, dan partai, tetapi untuk kepentingan umat islam
seluruhnya. Hari ini banyak umat islam yang berpotensi, tetapi potensi mereka
tidak dipakai untuk perjuangan umat islam. Banyak Negara islam yang kaya, tetapi
kekayaan mereka tidak bermanfaat bagi Negara islam yang lain , habis untuk
memperlihatkan kemewahan dan kesombongan. Banyak umat islam berkualitas,
sebagai pemimpin tetapi kepemimpinan mereka bukan untuk umat islam seluruhnya
tetapi hanya untuk kelompokmya masing-masing, dan setelah menjadi pemimpin juga
hanya memikirkan dirinya, dan kelompoknya masing-masing. Padahal silakan
berpacu dalam ekonomi, budaya, politik dan pilkada, tetapi ingat bahwa itu
semua merupakan alat untuk perjuangan umat. Banyak calon pilkada mengorbankan
kakayaannya tetapi tidak menguntungkan umat secara menyeluruh, hanya
menguntungkan sebagian team-sukses dan simpatisannya masing-masing. Padahal
setiap individu, kelompok dengan semangat mina diajar bagaimana pengorbanan
tersebut bukan untuk hawa nafsu, bukan untuk diri sendiri, bukan untuk kelompok
dan partai tertentu, tetapi untuk semua umar, semua rakyat. Itulah sebabnya
dalam hukum fiqih, daging korban tidak boleh dimakan sendiri, atau untuk
keluarga saja, tetapi juga harus kepada semua orang, baik itu faqir miskin,
atau kepada jiran tetangga, atau sanak saudara, malahan juga boleh dibagikan
penganut agama lain.
PENUTUP
Kesimpulan
Maka berdasarkan pada apa yang telah
dipaparkan di atas maka akan da pat dilihat bagaimana nilai/hikmah Haji dan
Qurban itu pada waktu pelaksanaan nya (nilai substantif-normatif) dan bagaimana
pula pasca pelaksanaannya (nilai sosiologi- implementatif) :
1.
Nilai
Subtantif-Normatif
a)
Dimensi spiritua-transsendental
sebagai konsekwensi kepatuhan kepada Allah
b)
Tauhidullah
c)
Rihlah muqaddasah
d)
Ukhwah Islamiyah
e)
Ta’dhim Syi’ar Allah
f)
Taqarrub/Penyerahan diri secara
total pada Allah
Jika
formalitas ritual haji dan kurban nya yang menonjol maka yang kita dapat baru
kembang/asapnya dari syariat Islam dan maksimal hal tersebut hanya akan mampu
melahirkan Kesalehan individual.
2.
Nilai
Sosiologis-Implementatif
a.
Dimensi sosial-humanis dalam
rangka refleksi ketaqwaan sebagai perwujudan kepedu lian dengan sesama
b)
Tauhid Sosial
c)
Solidaritas Sosial
d)
Melawan berbagai rintangan dalam
amar makruf nahi mungkar yang berdi mensi sosial, sehingga terdis tribusikannya
nilai-nilai kemanusia an secara universal
e)
Menegakan nilai-nilai kemanusia
an
f)
Menghilangkan differensiasi
sosial
g)
Menegakan sikap toleran dg
sformasi budaya dan adat istiadat (ukhwah wathoniyah)
h)
Secara psikologis simbolis adalah
membantai sifat hewani yang mele kat pada diri manusia ( egois-sera kah-kejam
dll) Desakralisasi
dunia dan alam
Jika
yang ditangkap adalah nilai-nilai sosial-implementatifnya maka yang kita tangkap
adalah apinya Islam, ia ibarat pohon yang perlu dipelihara, dipupuk dan
dijauhkan dari hama, ma ka ia akan dapat melahirkan Kesaleh an social.
Daftar
Pustaka
Ash
Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Pedoman Haji, PT. Pustaka Rizki Putra,
Semarang, 1999.
Pasha,
Mustafa Kamal, Fikih Islam, Citra Karsa Mandiri, Yogyakarta, 2003.
Asy-Syekh
Muhammad bin Qasim Al-Ghazy, Fath-Hul Qarib, Al-Hidayah, Surabaya, 1991.
Ilmu Fiqih,
Jakarta, 1982.
No comments:
Post a Comment