Mata Kuliah Esensi Al-Qur’an
Ukhuwah
islamiah merupakan istilah yang sudah diterima di tengah masyarakat, yaitu
suatu persaudaraan berdasarkan iman, meskipun istilahnya yang lebih tepat
adalah ukhuwah imaniah. Di dalam Al-Quran persaudaraan memang dikaitkan
langsung dengan iman. Surat Al-Hujurât dimulai dengan semacam konstatasi bahwa
umat Islam pasti akan berpecah belah. Dalam keadaan berpecah belah itu pasti
nanti mereka akan saling menyerang dan berusaha menghancurkan satu sama lain.
Memang secara historis hal itu sudah terbukti. [1]
Dalam
surat
Al-Hujurât itu, tersebutlah ajaran normatif tentang bagaimana seharusnya
menyelesaikan konflik. Dan kalau ada dua golongan orang beriman bertengkar,
damaikanlah mereka. Tetapi bila salah satu dari keduanya berlaku zhalim
terhadap yang lain, maka perangilah golongan yang berlaku zhalim, sampai mereka
kembali kepada perintah Allah. Bila mereka sudah kembali, damaikanlah keduanya
dengan adil, dan berlakulah adil. Allah mencintai orang yang berlaku adil
(Q., 49:9).
Setelah
proses pendamaian, sebetulnya ada petunjuk teknis yang sangat praktis tentang
bagaimana memelihara ukhuwah yang pada saat-saat sekarang ini relevan untuk
kita renungkan. Hai orang-orang beriman! Janganlah ada suatu golongan
memperolok golongan yang lain; boleh jadi yang satu (yang diperolok) lebih baik
daripada yang lain (yang diperolok). Juga jangan ada perempuan yang
menertawakan perempuan lain; boleh jadi yang seorang (yang diperolok) lebih
baik daripada yang lain (yang diperolok). Janganlah kamu saling mencela dan
memberi nama ejekan. Sungguh jahat nama yang buruk itu setelah kamu beriman.
Barang siapa tidak bertobat, orang itulah yang zhalim (Q., 49:11).
Sebetulnya
Al-Quran mengajarkan kita agar tidak terlalu cepat memvonis orang kalau
kebetulan ia berbeda. Kita harus memberinya hikmah keraguan, yaitu dengan suatu
pertanyaan dalam hati, “Oh, dia berbeda dengan saya, tapi jangan-jangan dia
yang benar”. Itu yang diajarkan Al-Quran. Sebaliknya, memastikan diri sendiri benar
dan orang lain salah dalam Al-Quran disebut sebagai indikasi kemusyrikan,
karena berarti memutlakkan pendapat sendiri. … janganlah termasuk golongan
orang-orang musyrik. Mereka yang memecah-belah agamanya menjadi beberapa
golongan, dan masing-masing pihak membanggakan apa yang ada pada mereka
(Q., 30: 31-32).
Mereka
menjadi kelompok yang menganggap diri paling benar. Mereka menjadi kelompok
yang sektarian. Indikasi sektarianisme ialah kalau suatu kelompok di kalangan
Islam tidak mau sembahyang di belakang kelompok yang lain, karena beranggapan
orang lain semuanya sesat, sehingga dia berpikir bagaimana mungkin orang yang
mendapat petunjuk harus shalat di belakang orang yang sesat. Mereka yang
memecah-belah agama mereka dan menjadi kelompok-kelompok sedikit pun kamu tidak
termasuk mereka; persoalan mereka kembali kepada Allah. Dialah yang kemudian
memberitahukan kepada mereka, apa yang mereka perbuat (Q., 6: 159).
MENGIKAT JALINAN UKHUWAH DENGAN RAMADHAN
Kebersamaan,
saling tsiqah (percaya), bahu membahu, kerja sama, perkenalan dan sejenisnya
merupakan refleksi ukhuwah yang didasarkan pada kesatuan ideologi dan
keyakinan, bahkan kesatuan visi, misi, dan langkah dalam perjuangan.[2]
Alangkah
indah hidup ini jika dapat hidup dalam suasana kebersamaan. Alangkah manis
hidup ini jika dapat berdampingan saling kasih dan sayang. Alangkah sejuk hidup
ini jika dapat bahu membahu karena cinta kebaikan. Betapa bahagianya jika kita
berjalan searah, seirama, sekeyakinan dalam menapaki langkah-langkah perjuangan
hidup dalam rangka menggapai ridha Allah swt.
Kalau
kita yakin bahwa "innamal mu'minuuna ikhwatun" adalah pernyataan
Allah swt. dalam Al-Qur'an, sekaligus ia merupakan wahyu Allah kepada Rasul-Nya
untuk diserukan kepada umat manusia. Kalau kita yakin itu, maka mustahil wahyu
itu hanya berupa 'lip-servis' atau pajangan kata-kata dalam Kitab Suci, tanpa
adanya kemungkinan terwujud dalam kehidupan nyata.
Allah
swt. menurunkan ayat-ayat-Nya dalam Al-Qur'an untuk dibumikan dan sangat
mungkin dibumikan, sebab ayat-ayat Al-Qur'an secara keseluruhan adalah
ayat-ayat hidup dan untuk kepentingan makhluk hidup, demi kesejahteraan mereka
saat ini dan saat mendatang.
Ternyata,
dalam sejarah peradaban manusia ukhuwah semacam itu pernah terwujud dan
dicatat. Fenomena ukhuwah dalam kehidupan para sahabat Rasulullah saw. pada
masa keemasan dan kejayaan umat ini.Ukhuwah mereka ternyata dapat mengguncang
mereka yang dicap Allah sebagai musuh-musuh dakwah Islam, baik dari kalangan
orang tak beragama maupun dari kalangan umat beragama non muslim sekalipun.
Persaudaraan
dan kebersamaan para generasi awal Islam itulah yang pernah membuat para
pengkaji Islamologi dan sebagian pemikir Barat tercengang. Saat mereka membaca
sejarah Khubaib bin Adi yang tidak rela bebas dari penyiksaan kuffar dan hidup
senang, sementara Rasulullah saw. hidup tersiksa dan sengsara, bahkan sekedar
terluka. Saat mereka menyimak sejarah seorang sahabat Thalhah yang rela
memberikan makanan malamnya yang tersisa diberikan kepada seorang tamu
Rasulullah saw.Saat mereka saling membahu membangun parit besar dalam rangka
mempertahankan diri dan kota
Madinah dari serangan pasukan koalisi (ahzab) di tahun ke 5 Hijriyah. Saat
mereka hidup berdampingan ibarat saudara kandung, saling memberi dan lapang
dada antara kaum muhajirin dan anshar. Ukhuwah yang tak tertandingi dalam
perjalanan sejarah manusia sebelum dan sesudah itu. Apa gerangan rahasianya?
Simak dan renungkan ayat-ayat suci dalam surat Al-Hujuraat: 9-10,
bÎ)ur Èb$tGxÿͬ!$sÛ z`ÏB
tûüÏZÏB÷sßJø9$# (#qè=tGtGø%$# (#qßsÎ=ô¹r'sù $yJåks]÷t/ ( .bÎ*sù ôMtót/ $yJßg1y÷nÎ)
n?tã 3t÷zW{$# (#qè=ÏG»s)sù
ÓÉL©9$# ÓÈöö7s? 4Ó®Lym uäþÅ"s?
#n<Î) ÌøBr& «!$#
4 bÎ*sù ôNuä!$sù
(#qßsÎ=ô¹r'sù $yJåks]÷t/ ÉAôyèø9$$Î/
(#þqäÜÅ¡ø%r&ur ( ¨bÎ)
©!$#
=Ïtä úüÏÜÅ¡ø)ßJø9$#
Artinya : Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (Al Hujuraat : 9)
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷uqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ
Artinya : Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Al Hujuraat : 10).[3]
Dalam
ayat-ayat tersebut Allah swt. menyatakan, bahwa ukhuwah Islamiah: 1. Didasarkan
pada iman yang kokoh (Al-Hujurat: 10) 2. Dilandaskan pada proses ta'liful qulub
(keterpautan hati), (Ali Imran: 103) 3. Keterpautan hati bukan semata-mata
rekayasa dan upaya manusia, tetapi ia juga merupakan rahmat dan karunia Allah
swt. (al-Anfal) 4. Sementara rahmat Allah swt. secara simultan hanya dapat
diraih oleh orang-orang yang bertakwa sebenarnya, komitmen kuat dengan ajaran
Allah dan memiliki tingkat tawakkal yang tinggi (al-A'raf).Karenanya, Allah
swt. mengawali ayat perintah menegakkan amar makruf nahi munkar dengan perintah
beriman, bertakwa haqqa tuqaatihi, dan realisasi keislaman selama hidup (Ali
Imran: 102). Selanjutnya, Allah memerintahkan i'tishom (berpegang dalam
himpunan dengan tali Allah swt, yakni ajaran-Nya yang lurus), jangan bercerai
berai, agar terwujud [4]
ta'liful qulub (keterpautan
hati) yang diawali dengan kebersihan hati dalam berislam dan berjuang membela
Islam, sehingga ukhuwah dapat terjalin di antara kita (Ali Imran: 103).
Dari
penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa ukhuwah akan terjalin di
antara orang-orang yang bertakwa dengan sebenar-benar takwa. Sedangkan, takwa
merupakan tujuan ibadah shaum selama bulan Ramadhan.
Karena itu,
bulan Ramadhan hendaknya dijadikan sebagai bulan penempa diri untuk menjadi
orang-orang yang siap untuk berukhuwah. Ramadhan dijadikan sebagai peluang
mewujudkan masyarakat harmonis, sekaligus sebagai momen menunjukkan jati diri
umat yang mencintai integritas bangsa dan negara serta siap menghadapi
upaya-upaya disintegtrasi bangsa di negeri yang kita cintai ini.
Peningkatan
keimanan di bulan Ramadhan menjadi sangat menentukan tertanamnya prinsip
ukhuwah dalam diri setiap muslim. Karena keimanan itulah yang melandasi
amal-amal ibadah selama Ramadhan khususnya shaum, agar diterima dan diridhai
Allah swt. Demikian juga aplikasi keimanan berupa aktivitas-aktivitas ibadah
selama Ramadhan, menjadi penentu cita-cita terwujudnya ukhuwah islamiah.
Karena, aktifitas ibadah merupakan indikator sikap takwa yang didasarkan
keimanan, sekaligus merupakan faktor penyebab turunnya rahmat Allah swt berupa
ta'liful-qulub (keterpautan hati). Ta'liful qulub ini sebagaimana dijelaskan di
atas merupakan 'soko guru' bagi ukhuwah islamiah.
Karenanya,
berbagai syariat di bulan Ramadhan kebanyakan bernuansa kebersamaan yang
merupakan salah satu bentuk dari ukhuwah islamiah. Sebut saja misalnya shalat
tarawih berjamaah, shalat shubuh berjamaah, yang dilakukan tidak seperti
biasanya dilakukan sebagian umat di luar Ramadhan, mendengarkan kuliah shubuh,
ifthar jama'i (buka puasa bersama), makan sahur bersama, i'tikaf dan lainnya.
Demikian pula
zakat dan anjuran sedekah di bulan Ramadhan, secara kontekstual memberikan
makna yang dalam dari salah satu bentuk ukhuwah islamiah. Karena, sikap
kepedulian kepada sesama adalah sikap yang didasarkan pada nilai-nilai kasih
sayang dan cinta kepada sesama. Kasih sayang dan cinta merupakan wujud dari
persaudaraan.[5]
Refleksi
zakat dan sedekah dalam kehidupan sosial adalah hidup sepenanggungan. Tanpa
pandang bulu dan tanpa melihat status sosial tertentu, sang muzaki siap hidup
bersama sepenanggungan, berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Bahu membahu
dalam menghadapi masalah hidup.Si kaya bukan berarti terbebas dari malapetaka
dan musibah yang pada saat-saat tertentu memerlukan bantuan si miskin papa.
Demikian juga si miskin papa yang taat beragama, di banyak kesempatan
memerlukan keberadaan si kaya yang berada di lingkungannya.Ada beberapa saran
dalam menjalin ukhuwah di bulan Ramadhan:
1.
Jaga kebersihan hati, Hati adalah
panglima bagi sikap dan perilaku setiap orang,, sebagaimana dijelaskan dalam
hadits Rasulullah saw. Karenanya, kebersihan hati merupakan faktor utama masuk
surga Allah swt. Sebab, hanya orang yang bersih hatinya yang mendapatkan
kenikmatan berjumpa dengan Allah swt. kelak di akhirat, sebagaimana dalam
firman-Nya, "Pada hari tidak ada manfaat harta dan anak-anak kecuali ia
yang menghadap Allah dengan hati yang bersih". Bersih dari noda syirik, noda
riya, kotoran ghill (kemarahan) dan hasud (dengki).
2.
Tingkatkan amal-amal ibadah secara
kontinyu.
3.
Terlibat dalam kegiatan
kajian-kajian keislaman. Pemahaman yang benar dan tepat akan memunculkan saling
mencintai dan tumbuh keberanian untuk saling menasehati.
4.
Terlibat dengan aktifitas
kebersamaan, seperti ifthar jama'i, i'tikaf bersama, kepanitiaan
program-program tertentu dan lain-lain.
5.
Budayakan musyawarah dengan
lingkungan kerja keislaman. "Wa amruhum syuro bainahum."
DAFTAR PUSTAKA
Satori Ismail, Achmad Dkk. 30 Tadabbur Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan Suci
Rachman, Budhy Munawar.Ensiklopedi Nurcholish Madjid: Sketsa Pemikiran Islam di Kanvas Peradaban, Mizan, Paramadina, Center for Spirituality & Leadership, 2007/2008.
[1] Satori
Ismail, Achmad Dkk. 30 Tadabbur
Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan Suci
[2]
http:/www.islam.com/….
[3]
--------------- Al-Qur’an dan Terjemahan
--------------------
[4] Satori
Ismail, Achmad Dkk. 30 Tadabbur
Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan Suci
[5] Rachman, Budhy Munawar.Ensiklopedi Nurcholish Madjid: Sketsa Pemikiran Islam di Kanvas
Peradaban, Mizan, Paramadina, Center for Spirituality & Leadership,
2007/2008
No comments:
Post a Comment