Mata Kuliah Ke Al Qur’anan
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ayat-ayat Al Qur’an yang Allah turunkan juga memerlukan sebab-sebab
turunya. Orang yang hendak memahami kesusastraan Arab harus mengetahui
sebab-sebab yang mendorong penyair untuk mengubah syairnya dan suasana ketika
syair itu di ucapkan. Mengetahui suasana dan keadaan itu, menolong kita untuk
memahami dam merasakan saripati dari syair-syair itu. Demikian pula halnya
dengan ayat-ayat dan surat-surat yang menghendaki sebab nuzulnya. Dia merupakan
pembantu kita yang sangat baik dalam menetapkan takwil yang lebih tepat dan
tafsir yang lebih benar bagi ayat-ayat itu.[1]
Walaupun kita telah mengetahui sebab
nuzulnya ayat, namun kita masih juga memerlukan sesuatu yang lain, karena
sebab-sebab yang di terangkan oleh ahli sejarah kadang-kadang tidak benar. Di
dalam menghadapi azbab an-nuzul dari segi ke agamaan harus kita menggalinya
dari segi kenyataan sendiri oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui
sebab nuzulnya ayat. Para ulama’ tidak memperbolehkan kita menafsirkan Al
Qur’an apabila kita tidak mengetahui sebab-sebab nuzulnya ayat.[2]
Diantara sekian banyak manfaat,bahwa
dengan mengetahui asbab nuzul Quran kita akan mantap memberi makna dan
menghilangkan kesulitan atau keraguan menafsirkannya.
Segolongan
ulama salaf mengalami kesulitan dalam memberikan makna ayat-ayat Al-Quran.
Setelah mereka mengetahui sebab-sebab turunnya, maka segala kesulitan hilang
1.2
Rumusan Masalah
Melihat dari
latar belakang yang di paparkan di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Apakah pengertian Asbabun nuzul ?
2.
Bagaimana cara mengetahui Asbabun Nuzul ?
3.
Apa manfaat mengetahui Asbabun Nuzul ?
PEMBAHASAN
1.1
Pengertian asbabun nuzul
A.
Pengertian Kebahasaan Asbab Al Nuzul
Dilihat dari segi bahasa, kata Nuzul berarti turunnya sesuatu dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah, seperti kalimat “ Nazala fulanu minal jibali” ( seseorang turun dari ayas gunung”).
Bentuk tansirifnya yaitu” nazala ” berarti menggerakkan sesuatu dari tempat yang
lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, seperti kalimat “Anzala minas sama
i” ( Allah menurunkan air dari langit )
Disamping itu, kata nuzul juga terkadang digunakan untuk
maksud diam disuatu tempat atau daerah tertentu, seperti kalimat “ Nazalal
amiru bil madinati anzala” ( penguasa itu berada atau bertempat tinggal di
suatu kota).seperti yang digunakan Al-Quran dalam Surah Al-Mu’minun ayat ke 29
yang berbunyi :
@è%ur Éb>§‘
ÓÍ_ø9Ì“Rr& Zwu”\ãB
%Z.u‘$t7•B |MRr&ur
çŽöyz tû,Î!Í”\ßJø9$# ÇËÒÈ
Artinya : dan berdoalah Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat
yang diberkati, dan Engkau adalah Sebaik-baik yang memberi tempat".(
Al-Mu’minun: 29)[3]
Penggunaan kata al inzal atau tanzil untuk
mengungkapkan turun dan diturunkannya aya-ayat A-Qur’an, menurut Abdul Al-Maani
dan Ahmad Al-Ghundur, karena Al-Quran itu diturunkan dari yang Maha Tinggi, dan
selain Allah adalah rendah, dan menurutnya pula, bisa juga dilatarbelakangi
oleh proses turunya wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril dari arah langit
yang tinggi [4]
Inilah makna kata nuzul dan inzal, serta latar
belakang peletakan kata-kata tersebut pada proses trunnya wahyu dari Allah
SWT.,kepada umat manusia melalui rasul-Nya Muhammad SAW.
B.
Pengertian Istilah Asbab Al-Nuzul
Menurut Al-Zarqani dalam kitabnya Manahil Al-Irfan fi Ulum
Al-Quran,yang dimaksud dengan asbab nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang
terjadi mengiringi ayat-ayat itu diturunkan untuk membicarakan peristiwa
tersebut,atau menjelaskan ketentuan hukumnya. Sementara menurut Manna Al-Qahtan
asbab nuzul adalah sebagai peristiwa yang menyebabkan ayat-ayat
Al-Quran itu diturunkan waktu kejadian peristiwa tersebut,baik berupa
pertanyaan maupun kasusu-kasus tertentu [5]
Berdasarkan dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa asbab
nuzul ayat adalah berbagai peristiwa baik berupa pertnyaan maupun
kasus-kasus tertentu yang menyebabkan ayat-ayat Al-quran itu diturunkan saat
terjadinya peristiwa tersebut,untuk menjelaskan ketentuan hukumnya.
Pertanyan-pertanyaan yang dimaksud tersebut di atas, ada kalanya
pertanyaan dari orang mukmin,dan ada kalanya dari orang-orang yang mengingkari
ajaran yang dibawa Muhammad sebagai utusan Allah, untuk menyampaikan ajaran
kebenaran tersebut.
Sejalan dengan pembahasan di atas bahwa ayat-ayat Al-Quran ada
kalanya ditrunkan sebagai jawaban atas pertanyaan yang dihadapkan pada Nabi
Muhammad, dan beliau mengetahui jawabannya secara pasti, maka segeralah jibril
menurunkan ayat sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut. Dengan pertanyaan
tersebut, merupakan sebab turunnya ayat.
Salah satu contoh pertanyaan yang menjadi sebab turunnya ayat
adalah pertanyaan bangsa Yahudi Madinah kepada Nabi SAW.,tentang ruh dan beliau
belum dapat menjelaskannya dengan baik kepada mereka. Lalu turunlah ayat ke 85
Surah Al-Isra, yang berbunyi :
štRqè=t«ó¡o„ur
Ç`tã
Çyr”9$#
(
È@è%
ßyr”9$#
ô`ÏB
ÌøBr&
’În1u‘
!$tBur
OçFÏ?ré&
z`ÏiB
ÉOù=Ïèø9$#
žwÎ)
WxŠÎ=s%
ÇÑÎÈ
Artinya :” dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah:
"Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit". (Al-Isra’: 85)[6]
Menurut bahasa Asbabun Nuzul berarti turunya ayat-ayat Al-Qur’an .
Al-Qur’an di turunkan oleh Allah SWT. Kepada nabi Muhammad SAW. Secara
berangsur-angsur lebih kurang 23 tahun. Al-Qur’an diturunkan untuk memperbaki
akidah, ibadah, akhlaq dan pergaulan manusia. Yang sudah menyimpang dari kebenaran.
1.2
Cara Mengetahui Asbabun Nuzul
Yang mempunyai otoritas untuk mengungkapkan asbab nuzul
ayat-ayat Al-Quran adalah para sahabat Nabi, karena merekalah yang menyaksikan
turunnya ayat-ayat Al-Quran tersebut. Dengan demikian, pelacakan asbab nuzul
harus diakukan dengan mencari dan mempelajari perkataan-perkataan sahabat yang
mengungkapkan proses turunnya ayat-ayat Al-Quran itu,atau riwayat-riwayat yang
bermuara minimal para sahabat.
Kalau perkataan sahabat tersebut juga mengungkapkan tentang
perkataan atau perbuatan Rasulullah yang berhubungan dengan turunnya ayat-ayat
Al-Quran, maka kedudukannya menjadi hadis marfu, dan sangat berpeluang untuk
memperoleh kualitas hadis sahih. Tetapi, kalau perkataan mereka itu, tidak
menyinggung sedikitpun tentang Rasulullah, maka hadisnya menjadi mauquf. Oleh
sebab itu, wajar kalau para sarjana ilmu Al-quran, kemudian menyimpulkan bahwa
hadis-hadis tentang asbab nuzul itu, pada umumnya lemah karena tidak
sampai pada Rasulullah.
Akan tetapi hadis-hadis tentang asbab nuzul tidak menyangkut
tentang ajaran keagamaan, tetapi sekedar mengemukakan tentang latar belakang,
atau berbagai peristiwa yang mengiringi turunnya ayat. Oleh sebab itu, kendati
lemah, hadis-hadis tersebut dapat digunakan, sebagai bahan referensi untuk
memahami pesan-pesan ayat Al-Quran.
Cara-cara melihat ungkapan asbab nuzul, secara umum
disimpulkan oleh para ulama ada empat yaitu:
1.Diungkapkan dengan kata-kata sebab
2.Diungkapkan dengan kata fa ( maka )
3.Diungkapkan dengan kata nuzuli fi ...
4.Tidak diungkapkan dengan simbol-simbol kata di atas,tetapi alur
ceritanya menunjukkan sebagai ungkapan asbab nuzul [7]
Para sahabat
yang menyaksikan proses turunnya ayat, terkadang mengungkapkan peristiwa itu
dengan kata-kata sababu nuzul al ayat każa ...( sebab turunnya ayat ini
begini ... ). Kalau sahabat mengungkapkan simbol tersebut, jelas sekali bahwa
sebab nuzulnya itu sebagaimana yang ia kemukakan itu.
Kemudian ada pula dari kebiasaan mereka itu mengemukakan dengan
kata-kata fa ( maka ), dalam kontes pengungkapan peristiwanya. Seusai
mengemukakan peristiwanya itu, lalu mereka mengatakan fanuzilat hażihi al-ayat
fi każa, ... Kalau mereka mengatakan dengan simbol kata tersebut, maka
perkataanya itu juga jelas mengemukakan asbab nuzul ayat yang diceritakannya.
Disamping itu ada kebiasaan sahabat yang mengemukakan asbab
nuzul ayat itu dengan perkataan nuzilat hażihi al-ayat fi każa ...
Dan terkadang pula mereka tidak mengemukakannnya dengan simbol kata-kata yang
menunjukkan sebab turunya ayat, tetapi mereka hanya bercerita tentang sebuah
peristiwa, lalu mengemukakan ayat yang diturunkan dalam peristiwa tersebut.
2.3 Manfaat
Mengetahui Asbabun Nuzul
Banyak
manfaat mengetahui sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an diantaranya akan
memantapkan memberi makna dan menghilangkan kesulitan atau keraguan
menfsirkannya. Ibnu Taimiyah berkata “ mengetahui sebab turunnya ayat Al-Quran
menolong seseorang memahami makna ayat, karena mengetahui sebab turunnya itu
memberikan dasar untuk mengetahui akibatnya” [8]
Ada
beberapa manfaat mengetahui asbab nuzul, secara rinci Al-Zarqani menyebutkan
tujuh macam manfaat atau faidah, sebagai
berikut :
1. Pengetahuan
tentang asbab nuzul membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan
tujuan Allah secara khusus mensyariatkan agama-Nya melalui Al-Quran.
Pengetahuan yang demikian akan memberi manfaat baik bagi orang mukmin atau non
mukmin. Orang mukmin akan bertambah keimanannya dan mempunyai hasrat yang keras
untuk menerapkan hukum Allah dan mengamalkan kitabnya.
Sebagai
contoh adalah syariat tentang pengharaman minuman keras. Menurut Muhammad Ali
Al-Shabuni pengharaman minuman keras berlangsng melalui empat tahap ,tahap
pertama Allah mengharamkan minuan keras secara tidak langsung,tahap kedua
memalingkan secara langsung dari padanya,mengharamkan secara parsial, keempat
pengharaman secara total.[9]
2. Pengetahuan
tentang asbab nuzul membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan
kesulitan. Hal ini senada dengan pernyataan Ibnu Daqiq Al Id ia berkata “
Ketrerangan tentang sebab turunnya ayat merupakan jalan kuat untuk memahami
makna-makna Al-Quran”.[10] Diantara
contohnya ialah ayat ke 158 dari Suah Al-Baqarah kalau tidak dibantu dengan
pelacakan asbab nuzulnya, pemahaman dan penafsiaran ayat tersebut bisa keliru.
Ayat tersebut berbunyi :
¨bÎ)
$xÿ¢Á9$#
nouröyJø9$#ur
`ÏB
Ìͬ!$yèx©
«!$#
(
ô`yJsù
¢kym
|MøŠt7ø9$#
Írr&
tyJtFôã$#
Ÿxsù
yy$oYã_
Ïmø‹n=tã
br&
š’§q©Ütƒ
$yJÎgÎ/
4
`tBur
tí§qsÜs?
#ZŽöyz
¨bÎ*sù
©!$#
íÏ.$x©
íOŠÎ=tã
Artinya
: Sesungguhnya
Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah Maka Barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, Maka
tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara
keduanya. dan Barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan
hati, Maka Sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha mengetahui.(
Al-Baqarah : 158)[11]
Dengan
kata Fala Junaha, dapat diartikan bahwa rukun sai ibadah ( boleh) dan
tidak mengikat. Oleh sebab itu Urwah salah seorang sahabat Nabi pernah
berpendapat bahwa sai itu ibadah, dan tidak mengikat. Akan tetapi, kemudian
dikritik oleh Aisyah, karena menurutnya, ayat tersebut diturunkan sehubungan
dengan pertanyaan orang-orang Ansar pada Rasulullah, tentang sai antara safa
dan marwa,karena mereka sebelumnya tidak punya tradisi sai saat melakukan ritus
,pada zaman islamnya. Sehubungan dengan pernyataan mereka inilah ayat tersebut
diturunkan, dan Rasulullah mewajibkan melakukan sai antara kedua bukit
tersebut.
3. Pengetahuan
asbab nuzul dapat menolak dugaan adanya hasr atau pembatasan dalam ayat
yang menurut lahirnya mengandung hasr atau pembatasan, Seperti firman Allah:
@è%
Hw
߉É`r&
’Îû
!$tB
zÓÇrré&
¥’n<Î)
$·B§ptèC
4’n?tã
5OÏã$sÛ
ÿ¼çmßJyèôÜtƒ
HwÎ)
br&
šcqä3tƒ
ºptGøŠtB
÷rr&
$YByŠ
%·nqàÿó¡¨B
÷rr&
zNóss9
9ƒÍ”\Åz
¼çm¯RÎ*sù
ê[ô_Í‘
÷rr&
$¸)ó¡Ïù
¨@Ïdé&
ÎŽötóÏ9
«!$#
¾ÏmÎ/
Artinya:
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu,
sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena
Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain
Allah. " ( Al-An’am :
145)[12]
Imam
Syafi’i berpendapat bahwa hasr (pembatasan) dalam ayat ini tidak termasuk dalam
maksud itu sendiri. Untuk menolak adanya hasr (pembatasan) dalam ayat ini, ia
mengemukakan alasan bahwa sehubungan dengan sikap orang-orang kafir yang suka
mengharamkan kecuali apa yang di halalkan oleh Allah dan meng halalkan Apa yang
di haramkan oleh-Nya. Hal ini karena penentangan mereka terhadap Allah dan
Rasul-Nya.[13]
4. Pengetahuan tentang asbab
nuzul dapat meng hususkan (takhsis) hukum pada sebab menurut ulama’ yang
memandang bahwa yang mesti diperhatikan adalah kehususan sebab dan bukan
keumuman lafal.[14]
5. Dengan mempelajari
asbab nuzul diketahui pula bahwa sebab turun ayat ini tidak pernah dari hukum
yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasisnya ( yang
mengkhususkan ).[15]
6. Denga asbab nuzul,
di ketahui orang yang ayat tertentu turun padanya secara tepat sehinga tidak
terjadi kesamaran bisa membawa penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan
pembebasan orang yang salah.[16]
7. Pengetahuan tentang
asbab nuzul akan mempermudah orang yang meng hafal Al-Qur’an serta memperkuat
keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika mengetahui sebab
turunya.[17]
PENUTUP
Dari uraian di atas
kesimpulanya bahwa pengertian dari asbab nuzul ayat itu ada dua, yaitu
menurut kebahasaan yang berasal dari kata Nuzul,nazala,dan
al inzal yang berarti turunnya sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat
yang rendah. Dan menurut istilah adalah berbagai peristiwa baik berupa pertnyaan maupun kasus-kasus
tertentu yang menyebabkan ayat-ayat Al-Qur’an itu diturunkan saat terjadinya
peristiwa tersebut, untuk menjelaskan ketentuan hukumnya.
Cara-cara melihat ungkapan asbab nuzul, secara umum
disimpulkan oleh para ulama ada empat yaitu:
Diungkapkan dengan kata-kata sebab, Diungkapkan dengan kata “fa” ( maka ), dan Diungkapkan dengan
kata “nuzuli fi” ... Tidak diungkapkan dengan simbol-simbol kata di
atas,tetapi alur ceritanya menunjukkan sebagai ungkapan asbab nuzul.
Dan asbab nuzul
suatu ayat mempunyai banyak manfaat untuk kehidupan ummat manusia di ini, salah satunya adalah
sebagai landasan-landasan suatu penetapan hukum dan masih banyak lainya.
PUSTAKA
·
Ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad Habsi, Ilmu-Ilmu Al Qur’an,
Pustaka Rizki putra, Semarang, 2009.
·
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Pustaka Agung
Harapan, Surabaya ,2006.
·
Rosyada, Dede, Al-Quran Hadis, Dirjen Bimbaga Islam,
Jakarta, 1998.
·
As-Suyuti, Jalaluddin, Lubabun
Nukul Fi Asbabun Nuzul, Darul Ihya
Indonesia , Rembang, tanpa tahun.
·
Syadali, Drs.H.Ahmad, Rofi’i, Drs.H.Ahmad, Ulumul Quran I,
CV.Pustaka Setia, Bandung, 1997.
[1]Prof. Dr.
Tengku Muhammad Habsi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Pustaka Rizki
putra, semarang, 2009, hlm 13
[3] Departemen
Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya Pustaka Agung Harapan,2006 , Surabaya hlm
478
[4] Dede Rosyada,Al-Quran
Hadis, Dirjen Bimbaga Islam,1998, Jakarta, hlm 69
[5] Ibid
[6] Departemen
Agama RI,Op.cit., hlm 396
[7] Dede Rosyada, Op.
cit.,hlm 76
[8] Jalaluddin
As-Suyuti, Lubabun Nukul Fi Asbabun Nuzul, Darul Ihya Indonesia , Rembang, tanpa tahun,
hlm 6
[9] Drs.H.Ahmad Syadali,
M.A dan Drs.H.Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran I, CV.Pustaka Setia, Bandung, 1997
,hlm 116-119
[10] Jalaluddin
As-suyuti, loc.cit
terimakasih juga telah datang & mau membaca,
ReplyDeletepengunjung juga menjadi inspirasi penulis untuk tidak berhenti share tentang agama
penulis support kalau untuk menghidupkan al Qur'an di dunia maya
membagi bagikan ilmu bukanlah hal yang merugikan